Jakarta (ANTARA) - Anak usaha Pupuk Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) atau PKT menargetkan pabrik soda ash yang dibangun di Bontang, Kalimantan Timur, mulai beroperasi secara komersial pada triwulan IV 2026.

Direktur Operasi dan Produksi PKT Hanggara Patrianta dalam media briefing bertajuk "Soda Ash, Strategi PKT dalam Transformasi Industri Hijau dan Dukung Indonesia Net Zero Emission 2060" di Jakarta, Selasa, menjelaskan soda ash memiliki potensi pasar yang besar di dalam negeri menyusul masih tingginya impor untuk memenuhi kebutuhan domestik.

"Dengan pemintaan pasar soda ash di Indonesia yang hampir mencapai 1 juta metrik ton per tahun (MTPY), saat ini belum memiliki pabrik soda ash. Karena itu kami ingin menjadi salah satu pelopor untuk mengurangi impor dengan menyiapkan soda ash produksi dalam negeri," katanya.

Hanggara mengatakan pada 2022 lalu impor soda ash untuk kebutuhan domestik mencapai 916.000 MTPY dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 1,2 juta MTPY pada 2030.

Baca juga: Tiga tim inovasi Pupuk Kaltim raih penghargaan di ajang ICC-OSH 2023

"Dengan dibangun pabrik soda ash ini tentunya akan berdampak pada penurunan impor soda ash dan dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular, PKT memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan potensi by dari proses hasil produksi untuk dimanfaatkan menjadi produk turunan yang bernilai tambah," katanya.

Hanggara berharap pabrik berkapasitas produksi soda ash sebesar 300.000 MTPY itu akan dapat mensubstitusi sekitar 30 persen impor kebutuhan soda ash nasional.

Ketua Tim Persiapan Proyek Soda Ash PKT Wildan Hamdani menjelaskan investasi pabrik soda ash mencapai sekitar 200 juta dolar AS atau setara Rp3 triliun. Soda ash sendiri merupakan bahan baku utama pembuatan kaca, keramik, deterjen, kimia, tekstil dan kertas.

Adapun bahan baku soda ash ada tiga, yaitu ammonia, CO2 dan garam industri.

Baca juga: Pupuk Kaltim mulai jajaki pengembangan teknologi green ammonia

Wildan menjelaskan bahan baku berupa ammonia dan CO2 didapatkan dari internal PKT. Bahan baku CO2 merupakan hasil emisi pabrik dan amonia sebagai by product pembuatan urea. Sementara kebutuhan garam industri diupayakan agar bisa dipenuhi oleh industri lokal apabila spesifikasinya terpenuhi.

Secara angka, untuk produksi soda ash dibutuhkan 105.000 MTPY ammonia, 174.000 MTPY CO2 dan 345.000 MTPY garam industri.

Selain menghasilkan produk utama soda ash, pabrik tersebut juga menghasilkan produk sampingan ammonium chloride sebesar 300.000 MTPY yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dan bahan baku NPK.

Saat ini izin lingkungan terkait pembangunan pabrik seluas 16 hektare itu sudah rampung. Adapun saat ini tengah berlangsung proses prakualifikasi yaitu proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari calon kontraktor sebelum memasukkan penawaran tender.

"Diharapkan effective date proyek ini akan dilakukan awal 2024 dan komersil pabrik soda ash akan dilakukan pada akhir 2026," kata Wildan.
 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023