Malang (ANTARA) - Industri yang berkembang pesat dan menambah persaingan semakin ketat untuk meraih satu kesempatan kerja bagi lulusan perguruan tinggi menggerakkan masing-masing kampus untuk berinovasi dan berpacu agar lulusannya memiliki kompetensi dan siap terjun di dunia kerja.

Dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi (PT), baik negeri maupun swasta, terus berupaya meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan keahlian lulusannya. Berbagai program diluncurkan dan berbagai cara pun dilakukan.

Perguruan tinggi tak henti-hentinya berinovasi, berlomba-lomba menjadi kampus unggul dan menjanjikan masa depan cerah bagi lulusannya. Banyak hal, banyak inovasi, banyak peluang yang diciptakan perguruan tinggi untuk memberikan bekal paripurna bagi lulusannya.

Tak hanya unit kegiatan mahasiswa (UKM) di setiap fakultas yang difasilitasi dan didanai pihak kampus untuk mewadahi kreativitas dan talenta-talenta unggul mahasiswa sesuai bidang dan minatnya.

Saat ini, kampus-kampus juga berlomba membuka program Center of Excellence (CoE) atau pusat keunggulan yang dinilai mampu mengerek kemampuan dan kompetensi mahasiswa dengan menggandeng berbagai industri maupun pihak lain, sesuai bidang kompetensi yang diminati mahasiswa.

Kampus di Malang yang mengawali dan gencar membuka program CoE, salah satunya adalah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Hampir semua program studi (Prodi) di kampus putih itu memiliki CoE, bahkan baru-baru ini meluncurkan lima CoE yang bisa diikuti seluruh mahasiswa kampus setempat.

Saat ini ada puluhan CoE yang diluncurkan UMM untuk mahasiswanya. Dengan menggandeng berbagai perusahaan, khususnya sektor industri, CoE UMM berkembang pesat, bahkan ada beberapa yang menghasilkan wirausawan muda dan sukses sebelum diwisuda.

CoE UMM ini banyak menarik perhatian mahasiswa dan diapresiasi oleh banyak pihak, bukan hanya oleh tokoh lokal, tapi juga dari mereka yang berada di level internasional.

Hingga saat ini, ada lebih dari 40 CoE UMM yang sudah berjalan, di antaranya kelas udang, metaverse, School of Creative Digital Communication, welding inspector, dan pusat keunggulan lainnya. Sebagian besar sudah bisa langsung direkrut oleh dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Sebagian juga mampu membuka usaha sendiri dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. mengemukakan bahwa program unggulan, seperti CoE, harus terus dimunculkan dan dijalankan secara matang. Program ini juga berupaya mengantisipasi perpindahan minat mahasiswa yang berbeda dengan jurusannya. Jadi, mereka yang kuliah hukum dibolehkan untuk ikut CoE lain, seperti kelas metaverse, koi, anggrek, dan lainnya.

Dalam menjalankan program CoE tidak boleh berdasarkan pada textbook semata. Kalau hanya menggunakan textbook, program ini hanya akan berjalan di tempat tanpa ada perkembangan signifikan. Kampus itu menjadikannya program yang fleksibel dan berani menciptakan inovasi.

Lewat CoE, perguruan tinggi juga turut membantu menyiapkan bangsa untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Apalagi, Indonesia sudah mulai memasuki momen bonus demografi yang harus dimanfaatkan dengan maksimal, sehingga impian menjadi negara dengan kekuatan ekonomi kuat bisa tercapai.

Berdasarkan data Organization for Economic Co-operation Development (OECD), Indonesia menjadi negara dengan jumlah sarjana terbanyak kelima di dunia pada tahun 2020.

Oleh karena itu, perguruan tinggi dan mahasiswa harus bisa beradaptasi dengan disrupsi teknologi jika ingin bertahan dalam persaingan. Jumlah sarjana yang lulus setiap tahun tak sebanding dengan serapan tenaga kerja.

Lapangan kerja yang terbatas membuat persaingan semakin ketat. Untuk itu, Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan tinggi harus terus berupaya meningkatkan produktivitas dalam membuat kebijakan pengembangan program pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan dunia kerja di era Industri 4.0.

Saat ini kita telah memasuki era revolusi Industri 4.0, yaitu era disrupsi teknologi, era berbasis cyber physical system. Ini merupakan tantangan baru yang dihadapi oleh negara-negara di ASEAN untuk mempersiapkan SDM-nya.

Sarjana kesulitan menembus dunia kerja, karena relevansi antara mutu perguruan tinggi dan kebutuhan dunia industri belum sejalan. Berdasarkan data BPS, jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi hanya sebesar 17,5 persen. Persentase tersebut jauh lebih kecil ketimbang tenaga kerja lulusan SMK/SMA yang mencapai 82 persen, sedangkan lulusan SD mencapai 60 persen.

Sebenarnya bukan hanya kampus di bawah organisasi Muhammadiyah itu yang mengembangkan program CoE. Universitas Brawijaya (UB) juga membuka program serupa, namun berbeda konsep. UB lebih mendekat pada implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknolofi (Kemendikbudristek).

Dengan tetap melibatkan mahasiswa, CoE UB juga menggandeng perusahaan (industri), seperti PT INKA, hanya saja masih sebatas untuk kepentingan penelitian. Namun demikian, UB menargetkan seluruh fakultas nantinya memiliki satu pusat keunggulan (CoE), bahkan menjadi pusat keunggulan di kawasan Asia.


Implementasi CoE

Center of Excellence yang digagas UMM murni untuk meningkatkan kompetensi lulusan kampus putih tersebut, bahkan sejumlah mahasiswa sudah menata dan mengembangkan ilmu yang didapat dari CoE kampusnya.

Berkat program ini, muncul anak-anak muda yang kreatif dan memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan pasar yang bisa langsung berkarya di banyak sektor, salah satunya alumnus Prodi Akuakultur UMM, Ahmad Faturokhim.

Berawal dari kecintaannya akan udang dan tambak, ia berinisiatif untuk mengikuti CoE udang yang dibuka oleh Kampus Putih. Apalagi, didukung dengan latar belakangnya yang sudah menekuni tambak udang sejak lama.

Begitu lulus dari kuliah dan CoE pada 2022, ia langsung tancap gas menjalankan bisnis tambak udang vaname di Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek. Kini, omzet yang berhasil ia dapat bisa mencapai Rp400 juta per tahun.

Selain Fatur, ada Danny Shevarivo yang sukses direkrut PT. Indotama Seraya Artha sebelum lulus karena keahliannya setelah mengikuti CoE human resource and development (HRD). Berkat program ini, Danny bisa lulus dengan cepat, yakni 3,5 tahun.

Danny mengaku bahwa CoE HRD memberikan pengalaman baru dan keterampilan yang memang dibutuhkan industri. Bahkan, dari program CoE UMM ini ia mendapatkan sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) level staf HRD.

Selain itu, ia juga mendapatkan 10 kompetensi unggul dari CoE dan surat pengalaman kerja dari perusahaan terkait. Usai menjalani program CoE, ia berhasil direkrut dan langsung bekerja di perusahaan terkait meski belum diwisuda.

Selain dua mahasiswa yang sukses setelah mengikuti CoE di kampusnya, masih banyak talenta-talenta muda yang menekuni dan mengembangkan keahlian yang didapat dari CoE kampus mereka. Tidak hanya udang dan HRD, CoE Anggrek, Ikan Koi, Coklat, Tourism and Hospitality, dan masih banyak lagi CoE yang lain. 

Dengan mengikuti program CoE, lulusan kampus itu diharapkan mampu bersaing dan tidak menunggu lama direkrut perusahaan atau membuka lapangan kerja baru. Paling lama tiga sampai enam bulan sudah bekerja.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023