Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antar-bank Jakarta menjelang penutupan perdagangan Selasa bergerak melemah mendekati level 9.500 per dolar AS, tepatnya pada 9.492/9.500 (Pkl 16.15), turun 87 poin dari posisi penutupan hari sebelumnya 9.405/9.440 per dolar AS. "Rupiah terus melemah hingga di level 9.492 per dolar AS, karena aksi jual makin kencang," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Selasa. Menurut dia, meski Bank Indonesia menurut laporan tetap berada di pasar, rupiah makin terpuruk dan menghadapi tekanan yang besar. Apalagi, eksportir Jepang yang terus memburu dolar AS dikabarkan akan melepas mata uang AS itu pada level 9.500 per dolar AS, katanya. Penyebab utama, lanjut, merosotnya rupiah itu karena rencana bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga Fed Fund untuk mengantisipasi kecenderungan inflasi yang menguat. Sinyal dari the Fed itu telah menghilangkan pengaruh buruk masalah defisit transaksi berjalan AS pada April 2006 yang mencapai 63,4 miliar dolar AS, sehingga posisi dolar AS cukup kuat. Euro terhadap dolar AS turun menjadi 1,2590 dari sebelumnya 1,2565, terhadap yen 114.30 dari sebelumnya 111,40. "Penurunan rupiah terhadap dolar AS, juga karena tekanan dari pasar saham Asia yang cenderung merosot, seperti indeks Nikkei turun empat persen dan indeks KOSPI turun 2,6 persen," katanya. "Kami mengharapkan ada perubahan di pasar global yang bisa memicu rupiah kembali menguat, meski bank sentral AS akan kembali menaikkan suku bunganya untuk ke 17 kali menjadi 5,25 persen," ujarnya. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aslim Tajuddin dalam hal ini mengatakan, kondisi perubahan nilai tukar saat ini bagi negara-negara emerging market seperti Indonesia sangat dipengaruhi faktor capital flows yang kebanyakan jangka pendek. "Kita harus mencermati perkembangan ini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bahwa memang penguatan mata uang di negara emerging market lebih disebabkan faktor capital flows yang sebagian besar short term," katanya. BI, lanjutnya, akan menjaga pergerakan volatilitas nilai tukar rupiah agar tidak terlalu tajam, dengan selalu memonitor pergerakan rupiah di pasar, katanya. "Kita selalu berada di pasar. Kita akan lakukan intervensi apabila diperlukan untuk mengurangi volatilitas," katanya. Keyakinan rupiah akan kembali menguat, lanjut Aslim juga ditunjang besarnya cadangan devisa yang sudah mencapai 44 miliar dolar AS.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006