Jakarta (ANTARA) - Pengamat budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan bahwa Android Package Kit (APK) tidak bisa dikirim sebagai pesan atau catatan suara alias voice note.

"Sebenarnya APK, Android Package Kit, tidak bisa pakai voice note," kata Firman saat dihubungi ANTARA, Rabu.

Hal tersebut ia sampaikan di tengah ramainya kabar soal modus penipuan dengan menggunakan voice note. Kabar tersebut pertama kali dibagikan oleh seorang pengguna Twitter lewat unggahan di akun autobase @tanyakanrl pada 5 Juni.

 
Dalam unggahannya, pengguna tersebut membagikan tangkapan layar yang berisikan pesan bahwa seseorang ingin melakukan dropship dalam bentuk pembayaran tanpa uang tunai atau cashless dan meminta calon korban menanggapi voice note yang dikirim.

"Selamat pagi kak, saya ingin dropship dengan sistem cashless melalui WhatsApp. Sebelum lanjut, mohon berikan tanggapan informasi dari voice note di bawah," tulis pesan tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Firman mengingatkan masyarakat untuk tetap berhati-hati meski APK sebenarnya tak bisa dikirim sebagai voice note. Pasalnya, modus-modus penipuan digital memang terus berkembang.

Baca juga: Akademisi ingatkan masyarakat tak sembarang klik tautan tak dikenal

"Masyarakat perlu belajar bahwa modus-modus penipuan digital itu berkembang dan masyarakat harus selalu tahu perkembangan terakhirnya seperti apa, sehingga paling tidak bisa menghindarinya," ujar Firman.

Mengenai penipuan menggunakan voice note, Firman mengatakan hal tersebut bisa saja merupakan bentuk pengembangan dari penipuan dengan modus APK sebelumnya yang telah banyak diwaspadai oleh masyarakat.

"Jadi ada modus baru yang berbeda," imbuhnya.

File dalam bentuk voice note, kata Firman, akan mengurangi kewaspadaan calon korban. Pasalnya, voice note saat ini sering digunakan untuk mempercepat dan mempermudah komunikasi.

"Kita sering menggunakan voice note dan sebagainya karena untuk mempercepat komunikasi waktu kita pakai WhatsApp dan malas nulis, atau sedang dalam keadaan tidak leluasa untuk nulis. Kita sudah terbentuk dengan relasi semacam itu. Ketika dipakai oleh mereka yang menipu, itu korbannya sering 'refleks'," kata Firman.

Kemudian ketika korban lengah, lanjut dia, data-data pribadi hingga rekening bisa saja dibobol.

"Nah, ini hanya penipu yang tahu (bagaimana caranya). APK kan sebenarnya juga bukan untuk menyedot data pribadi pemakai perangkat seluler, tapi oleh penipunya dimodifikasi untuk keperluan itu," ujar Firman.

Baca juga: Jumlah WNI korban "online scam" di luar negeri meningkat

Baca juga: Waspada jebakan penipu daring yang sasar bisnis skala kecil

Baca juga: Anggota DPR sebut literasi digital penting cegah kejahatan siber

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023