Jadi untuk karhutla di periode ini memang lebih berpotensi terjadi, karena kekeringan. Kemudian juga karena pengaruh suhu permukaan yang meningkat sehingga lahan-lahan mudah terbakar
Banda Aceh (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat Aceh untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebagai dampak dua fenomena perubahan iklim yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang mengakibatkan kekeringan di wilayah Indonesia.
“Jadi untuk karhutla di periode ini memang lebih berpotensi terjadi, karena kekeringan. Kemudian juga karena pengaruh suhu permukaan yang meningkat sehingga lahan-lahan mudah terbakar,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda (SIM) Nasrol Adil di Banda Aceh, Kamis.
Terutama, lanjut Nasrol, daerah-daerah di wilayah Aceh bagian tengah seperti Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, dan wilayah pegunungan lainnya.
“Wilayah kaki bukit atau pegunungan ini sangat rentan dengan karhutla. Untuk hari ini dan kemarin, satelit kita belum ada terpantau titik panas, namun kita tetap minta agar masyarakat tidak membuka lahan dengan cara membakar,” ujarnya.
Fenomena El Nino dipengaruhi oleh suhu muka laut di Samudera Pasifik dan IOD dipengaruhi suhu di Samudera Hindia, dimana keduanya terjadi bersamaan pada musim kemarau tahun ini.
Nasrol menilai pengaruh El Nino memang lebih besar terjadi di wilayah seperti Jawa, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan sebagian Kalimantan. Sedangkan untuk Aceh, tidak begitu parah.
Baca juga: BMKG: Fenomena El Nino-IOD menuju positif picu kekeringan di Indonesia
Saat ini Aceh sudah memasuki musim kemarau. Menurutnya, wilayah utara dan timur Aceh sudah mulai kekeringan, kendati demikian masih tetap ada potensi hujan ringan di wilayah tertentu. Sedangkan untuk wilayah barat selatan Aceh sudah terjadi kemarau basah.
Kemarau akan terjadi pada periode Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober. Kemudian kembali terjadi pada akhir Januari 2024 mendatang. Pada masa itu juga fenomena El Nino semakin menguat dengan adanya IOD menuju positif yang memicu kekeringan.
“Kita prediksikan nanti di bulan itu ada pengurangan tren curah hujan,” ujarnya.
Sebab itu, dalam menghadapi dua fenomena tersebut BMKG telah menyampaikan kepada seluruh unsur terkait di Tanah Rencong agar dengan cepat mengambil langkah antisipasi bagi daerah-daerah yang berpotensi kekurangan air.
Ia menambahkan pemerintah juga tidak mengesampingkan potensi kejadian lain yang sporadis, seperti angin puting beliung, petir, dan angin kencang. Karena Aceh merupakan daerah yang dikelilingi oleh Samudera Hindia, Selat Malaka, dan Teluk Benggala, sehingga ketika musim kemarau, tetapi ada potensi curah hujan.
“Hal ini terjadi karena penghangatan air laut yang menimbulkan penguapan sehingga terjadi pengumpulan awan hujan dengan skala lokal, terutama di dari siang dan sore hari,” ujarnya.
Baca juga: BMKG: Aceh memasuki masa transisi pertama ke musim kemarau
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023