Pembangunan itu bukan membangun jembatan, sarana, dan infrastruktur fisik, tetapi apapun cita-cita kita itu kan ditentukan oleh mutu dan karakter manusianya
Jakarta (ANTARA) -
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latief menyatakan bangsa yang sudah benar-benar merdeka adalah bangsa yang berhasil membangun karakter manusianya.
 
"Pembangunan itu bukan membangun jembatan, sarana, dan infrastruktur fisik, tetapi apapun cita-cita kita itu kan ditentukan oleh mutu dan karakter manusianya. Jadi harus kita bangun manusia Indonesia yang berkepribadian," kata Yudi pada diskusi "Internalisasi Pemikiran Bung Karno tentang Kemandirian Ekonomi" secara daring di Jakarta, Kamis.
 
Yudi menjelaskan salah satu pemikiran Bung Karno bahwa kemerdekaan pada masa kolonial menimbulkan soal-soal baru, dan Bung Karno juga sudah memberikan cara untuk mengatasi soal-soal baru itu.
 
"Kalau kita baca di alinea kedua UUD 1945, kemerdekaan hanya mengantarkan ke depan pintu gerbang, dan kemerdekaan sejati akan kita bangun setelahnya, yakni dengan revolusi sosial, menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, itu yang harus kita wujudkan, melalui pembangunan manusia, investasi pada human capital," katanya.
 
Yudi juga menjelaskan dua jenis kemerdekaan. Pertama, kemerdekaan negatif yakni merdeka dari penjajahan, eksploitasi, dan diskriminasi. Kedua adalah kemerdekaan positif yakni merdeka untuk mengolah potensi diri.
 
"Merdeka yang positif itu ketika kita sudah berhasil mengolah potensi diri sehingga menjadi versi terbaik sebagai anak negeri, merdeka untuk mengolah potensi sumber daya alam demi kemakmuran rakyat, merdeka untuk berserikat, berkumpul. Jadi merdeka itu adalah proyek yang tidak akan pernah selesai," katanya.

Baca juga: BPIP ajak mahasiswa berpikir kritis dan kreatif

Ia juga mengatakan untuk mencapai kemerdekaan sejati, Bung Karno juga sudah mempersiapkan metodologi dan ideologinya pada Trisakti.
 
"Trisakti itu pertama, mandiri secara ekonomi. Kedua, berdaulat secara politik. Ketiga, berkepribadian di dalam kebudayaan. Ketiga ini harus komplementer, saling berkesinambungan satu dengan yang lain, karena Trisakti ini juga turunan dari Pancasila yang kelima silanya saling tali-temali," ucapnya.
 
Yudi menyayangkan salah satu warisan terburuk kolonialisme yakni mental terjajah yang hingga saat ini masih banyak tertanam pada masyarakat Indonesia.
 
"Warisan terburuk kolonialisme itu bukan soal berapa banyak sumber daya yang diangkut, berapa banyak nyawa yang hilang, tetapi yang paling parah adalah mental kolonial yang membuat bangsa ini terus-menerus mempertahankan jiwa terjajah, jiwa inferiority complex, tidak percaya diri," ucap dia.
 
"Kalau Bung Karno menyebutnya selalu terpukau pada apapun yang datang dari luar, gebyar lahir, tetapi isi batinnya kosong melompong, suka mempertentangkan hal-hal yang remeh-temeh, senang melihat sesama susah, dan susah melihat sesama senang," tambahnya.
 
Untuk itu ia menekankan agar Indonesia dapat menjadi bangsa yang merdeka dan mandiri secara ekonomi, harus dimulai dengan mengembangkan sistem pendidikan dan inovasi yang baik, serta mengubah tata kelola ekonomi menjadi ekonomi berbasis pengetahuan.
 
"Kalau kita ingin naik kelas dari middle income trap, kita harus keluar dari ekonomi ekstraktif menjadi ekonomi berbasis pengetahuan, subsidi juga harus diubah dari subsidi yang bersifat konsumtif, menjadi produktif," tuturnya.

Baca juga: BPIP Susun Dokumen Ekonomi Pancasila
Baca juga: Ekonomi Pancasila topang perekonomian nasional

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023