New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), mendapatkan kembali beberapa momentumnya didorong oleh kenaikan saham teknologi besar dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS

Investor tampaknya berada dalam mode menunggu dan melihat menjelang data inflasi utama dan pertemuan kebijakan Federal Reserve minggu depan.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 168,59 poin atau 0,50 persen, menjadi menetap di 33.833,61 poin. Indeks S&P 500 bertambah 26,41 poin atau 0,62 persen, menjadi berakhir di 4.293,93 poin. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 133,63 poin atau 1,02 persen, menjadi ditutup pada 13.238,52 poin.

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor konsumer non-primer an teknologi memimpin kenaikan masing-masing menguat 1,56 persen dan 1,20 persen. Sementara itu, sektor real estat dan energi memimpin penurunan masing-masing melemah 0,62 persen dan 0,44 persen.

Saham teknologi mendorong reli di saham AS pada Kamis (8/6/2023), dengan Nasdaq yang padat teknologi bangkit kembali. Amazon mendorong saham teknologi lebih tinggi setelah seruan bullish para analis. Saham raksasa e-commerce itu naik 2,5 persen dan membantu dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) terkait naik tajam. Tesla dan Nvidia juga masing-masing naik lebih dari 2,5 persen.

Sementara itu, investor menilai kembali lintasan kebijakan moneter Federal Reserve setelah bank sentral di Kanada dan Australia secara tak terduga menaikkan suku bunga minggu ini. Beberapa analis mengantisipasi kenaikan 25 basis poin pada pertemuan Fed pada 14 Juni, yang akan menaikkan suku bunga dana federal ke kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen.

"Keseimbangan data masih menunjukkan kenaikan lain," kata Andrew Hollenhorst, kepala ekonom AS di Citi, dalam sebuah wawancara dengan MarketWatch, menambahkan bahwa perkiraan ini adalah sebuah close call.

Namun, data pekerjaan baru meredam beberapa kekhawatiran tentang dampak pada pasar saham jika Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuannya lebih tinggi lebih lama, dan memicu ekspektasi pasar bahwa Fed mungkin tidak menaikkan suku bunga minggu depan.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (8/6/2023) bahwa klaim pengangguran awal AS naik 28.000 menjadi 261.000 dalam pekan yang berakhir 3 Juni, peningkatan terbesar sejak Juli 2021 dan melebihi perkiraan ekonom, menunjukkan tanda kenaikan PHK dan pasar tenaga kerja yang berpotensi melemah.

Klaim pengangguran melonjak minggu lalu dalam apa yang bisa menjadi awal dari tren lain yang lebih tinggi setelah stabil selama beberapa bulan terakhir. Klaim diperkirakan akan meningkat jauh lebih awal dari ini, tetapi karena satu dan lain alasan, klaim tetap sangat stabil, kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset.

"Perlu juga dicatat bahwa ini hanya satu rilis jadi kecuali didukung oleh lebih banyak hal yang sama, kita tidak dapat membaca banyak tentangnya. Tetapi waktu menjelang pertemuan Fed minggu depan menarik karena mungkin menambahkan sedikit lebih banyak kenyamanan bagi pembuat kebijakan yang condong ke arah mempertahankan suku bunga stabil," kata Erlam.

Pertanyaan kritisnya adalah apakah Fed akan menciptakan resesi untuk membawa inflasi kembali ke targetnya sebesar 2,0 persen. Masalah utama yang harus diperhatikan adalah apakah pasar tenaga kerja dapat menyeimbangkan kembali dengan mulus, menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh Goldman Sachs Research pada Kamis (8/6/2023).


Baca juga: Wall St ditutup beragam di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Fed
Baca juga: Wall St ditutup menguat, investor tunggu pertemuan Fed minggu depan
Baca juga: Wall Street ditutup melemah, investor bidik pertemuan Fed berikutnya

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023