Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian RI memosisikan pertanian cerdas sebagai program prioritas dalam upaya pembangunan pertanian modern untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Arah dan kebijakan pembangunan pertanian ke depan, tidak akan lagi berbasis pertanian yang konvensional. Namun, harus mulai dengan paradigma baru yang mengusung semangat baru dan inovatif.

Seiring dengan tujuan itu, pada 10-15 Juni 2023, segenap keluarga besar petani dan nelayan dari berbagai pelosok Indonesia menggelar Pekan Nasional (Penas) Petani dan Nelayan 2023 di Padang, Sumatera Barat.

Banyak hal yang dibahas dalam silaturahmi akbar kaum tani dan nelayan dengan Pemerintah tersebut, salah satunya tentang pertanian cerdas atau smart farming yang tentu saja harus ditopang oleh adanya penyuluhan mengenai pertanian itu.

Dari sisi istilah, SMART merupakan singkatan dari Specific, Measurable, Actionary, Realistic, Time Frame, yaitu perumusan tujuan dilakukan dengan memperhatikan kriteria khas, dapat diukur, dapat dikerjakan atau dapat dilakukan, sesuai kemampuan, dan memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan.

Dalam kaitannya dengan penyuluhan pertanian, tentu yang dimaksudkan dengan "penyuluhan pertanian" (Smart Extension) adalah proses pendidikan nonformal (pembelajaran dan pemberdayaan) yang diberikan kepada petani beserta keluarganya agar dalam jangka pendek terjadi perubahan perilaku (sikap, tindakan dan pengetahuan) ke arah yang lebih baik dan tujuan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Pembangunan pertanian tanpa dibarengi dengan penyuluhan pertanian akan sulit untuk mencapai tujuan dengan optimal. Kisah sukses Pemerintah RI dalam swasembada beras, misalnya, tidak mungkin dapat diraih bangsa ini tanpa kehadiran program penyuluhan pertanian.

Para penyuluh pertanian inilah yang mengajarkan tata cara budi daya yang efektif dan efisien dengan menerapkan sistem pertanian tangguh, berbasis inovasi dan teknologi terbaru.

Maka wajar jika Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sering menyatakan "Penyuluh Kuat, Pertanian Hebat".


Kualitas penyuluh

Sukses atau tidaknya program penyuluhan pertanian akan sangat ditentukan oleh kualitas para penyuluh pertanian.

Karena itu, para penyuluh pertanian harus nyaman dalam dalam menekuni profesinya, sehingga program pertanian bisa berhasil. Meningkatkan kapasitas dan kualitas penyuluh pertanian merupakan hal utama yang harus digarap dengan sungguh-sungguh.

Penyuluh pertanian sebagai aktor utama dalam proses penyuluhan pertanian, tentu harus selalu memahami apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan para petani. Terlebih adanya kesan bahwa penyuluh pertanian adalah gurunya petani.

Sebagai guru petani, penyuluh pertanian jangan sampai kalah pintar dari petaninya. Penyuluh pertanian harus selalu dua langkah lebih maju dari petani. Di era milenial sekarang penyuluh pertanian harus selalu akrab dengan perkembangan teknologi informasi.

Adanya komitmen para Kepala Negara sedunia untuk menerapkan 17 Agenda Pembangunan guna mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2015 - 2030, menggambarkan kepedulian mereka agar setiap negara benar-benar konsisten untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan.

Tidak boleh ada satu pun negara yang ketinggalan dalam menggapai kemajuan dan kejayaannya. Kebersamaan antarbangsa menjadi kata kunci dalam menggapai kehidupan yang lebih maju dan berkualitas.

Agenda 1 dan 2 SDGs telah memosisikan dunia tanpa kemiskinan dan dunia tanpa kelaparan sebagai prioritas yang perlu mendapat penekanan khusus menuju pembangunan berkesinambungan. Mewujudkan dunia tanpa kelaparan tentu akan sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan pangan di masing-masing negara.

Ketersediaan pangan akan kokoh sekiranya produksi pangan dunia dapat ditingkatkan secara signifikan.

Dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas hasil pertanian pangan inilah kehadiran penyuluh pertanian menjadi sangat penting.

Penyuluh pertanian akan menularkan hasil-hasil pengkajian dan penelitian terbaru yang dihasilkan para peneliti, baik yang berasal dari lembaga penelitian atau pun perguruan tinggi.

Langkah ini tetap harus dikembangkan, karena kolaborasi peneliti-penyuluh-petani, menjadi kunci sukses program penyuluh pertanian.

Dalam penyuluhan pertanian cerdas, seorang penyuluh pertanian, bukan hanya dituntut untuk mendidik, melatih, dan menyuluh petani agar produksi pertaniannya meningkat, namun dirinya pun dituntut untuk dapat mengubah status petani, dari yang asalnya beratributkan "petani subsisten" menjadi "petani pengusaha".

Petani tidak cukup hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, namun juga harus memiliki kemampuan untuk menangkap peluang bisnis yang ada.

Bagi masa depan pembangunan pertanian, langkah ini benar-benar harus digarap dengan serius. Petani perlu tampil menjadi pebisnis unggul yang dapat melahirkan terobosan cerdas dalam menerapkan konsep agribisnis.

Itu sebabnya dalam Presidensi G 20 di Bali, Menteri Pertanian telah menyebarkan tiga pesan moral terkait hal-hal strategis yang penting dikembangkan untuk masa depan.

Pertama, mempromosikan sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Kedua, mempromosikan perdagangan pertanian yang terbuka, adil, dapat diprediksi, transparan, dan non-diskriminatif untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan untuk semua. Ketiga, kewirausahaan pertanian inovatif melalui pertanian digital untuk meningkatkan penghidupan petani di perdesaan.

Pesan moral dari ketiga isu ini adalah bagaimana kemampuan negara-negara yang tergabung dalam G20, mampu menjadi "kekuatan baru" dalam mengarungi dunia pertanian yang lebih senafas dengan konteks kekinian.

Untuk itu, sangat relevan jika dalam melakoni Pertanian 4.0 atau bahkan 5.0, paradigma penyuluh pertanian, perlu diubah menjadi penyuluhan pertanian cerdas dengan lebih mengoptimalkan keberadaan teknologi informasi yang sekarang ini berkembang sangat cepat.

Bagi negara ini, sektor pertanian merupakan sektor yang perkasa. Keperkasaannya ini dibuktikan ketika dunia dihadapkan pada krisis moneter yang kemudian bergeser menjadi krisis multidimensi pada tahun 1997/1998 dan krisis kemanusiaan (COVID-19) yang menelan banyak korban nyawa manusia, mulai tahun 2019 hingga 2022.

Nyatanya sektor pertanian masih tetap bertahan dan mampu tumbuh positif di tengag sektor-sektor strategis lain tumbuh negatif.

Maka penyuluhan pertanian cerdas, harus diawali oleh hadirnya para penyuluh pertanian yang cerdas. Penyuluh pertanian inilah yang dimintakan untuk dapat mengajari petani dengan segudang pengetahuan dan inovasi berbasis teknologi digital.

Proses belajar-mengajar tidak lagi menggunakan metode klasik, seperti tatap muka di kelas, tapi seiring dengan perkembangan teknologi informasi, para penyuluh pertanian, perlu menerapkan cara dan metode baru dalam berkomunikasi dengan para petani yang lebih inovatif dan kreatif, namun mudah diterima petani.


*) Entang Sastraatmadja adalah Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat.



 

Copyright © ANTARA 2023