Jakarta (ANTARA) -
Perusahaan yang bergerak di bidang keamanan siber, F5, menghadirkan sistem keamanan yang melindungi pengelolaan aplikasi dan Application Programming Interface (API) dari ancaman serangan siber yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Country Manager Indonesia F5, Surung Sinamo, menjelaskan bahwa saat ini peretas telah mempelajari perilaku (behavior) pengelola (user) sistem melalui teknologi AI sehingga dapat membobol sistem aplikasi dan API dengan meniru perilaku seolah-olah sebagai user.

"Dengan dia (peretas) menggunakan AI dia bisa mempelajari behavior (perilaku) yang normal atau behavior yang wajar dari admin user (pengelola) sehingga dengan bisa mempelajari behavior dari user dia akan mimicking (meniru) seolah-olah dia itu legitimate user," kata Surung dalam acara F5 Media Briefing di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat pada Selasa.

Baca juga: MGID kembangkan solusi iklan dengan integrasi AI generatif

Untuk mengantisipasi serangan siber yang memanfaatkan AI, sistem keamanan F5 memiliki pusat data yang dibekali dengan teknologi AI/machine learning (pembelajaran mesin) untuk mengumpulkan data IP milik penggunanya. Data tersebut digunakan sistem keamanan F5 dalam menganalisis secara mandiri perilaku pengelola yang masuk ke dalam sistem aplikasi dan API.

Berbekal pusat data tersebut, sistem keamanan F5 tidak hanya dapat mendeteksi dan memberikan peringatan terkait perilaku mencurigakan yang mencoba masuk ke dalam sistem, namun juga langsung menerapkan protokol perlindungan pada sistem.

"(F5) bukan hanya mendeteksi tetapi juga mencegah ancaman menggunakan satu platform," kata Regional Vice President ASEAN F5, Michael Quek, yang turut hadir dalam kesempatan yang sama.

Begitu mendeteksi perilaku mencurigakan atau ancaman siber, sistem keamanan F5 akan menerapkan perlindungan keamanan prediktif (predictive security) dengan memberikan tes autentikasi. Jika penyusup atau peretas gagal melewati tes autentikasi maka sistem akan langsung memblokir akses masuk baginya.

"Kami menjalankan predictive security secara real time (langsung atau sesuai waktu sebenarnya) dan jika kamu (penyusup/peretas) tidak dapat melewati tantangan (tes autentikasi) maka dia tidak bisa masuk," kata Michael.

Baca juga: Sekjen PBB dukung pembentukan badan AI global

Baca juga: Pelanggan Netflix melonjak hingga Kemenkominfo pantau AI jelang pemilu

Baca juga: Kemenkominfo pantau perkembangan AI di media sosial jelang Pemilu 2024

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023