Yogyakarta (ANTARA News) - Luncuran awan panas dari Gunung Merapi yang terjadi secara terus menerus mulai sekitar pukul 12.05 hingga 16.30 WIB mencapai jarak maksimum tujuh kilometer dominan ke arah Kali Gendol. "Awan panas cukup besar itu telah membakar hutan di utara obyek wisata Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, namun belum menjangkau permukiman penduduk," kata petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi, Panut, di Yogyakarta, Rabu malam. Namun, menurut dia, sejak pukul 16.45 WIB hingga sekarang awan panas yang keluar dari Gunung Merapi mulai berkurang dan tidak sebesar sebelumnya. Meskipun demikian, jarak luncur maksimal dari awan panas tersebut belum diketahui secara pasti, karena tertutup kabut. "Berdasarkan pengamatan, awan panas yang keluar dari Merapi tampak mereda dan volumenya tidak begitu besar jika dibandingkan dengan sebelumnya. Namun, jarak luncur awan panas itu belum diketahui pasti, karena tertutup kabut cukup tebal yang menyulitkan pengamatan," katanya. Ia mengatakan, yang tampak dari pengamatan adalah arah luncuran awan panas itu dominan ke Kali Gendol yang meliputi wilayah Desa Kepuharjo, Umbuharjo, dan Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan. "Saat ini awan panas yang keluar dari Merapi memang berkurang dibanding sebelumnya, namun arah luncurannya tetap dominan ke Kali Gendol. Oleh karena itu, warga yang tinggal di tiga desa tersebut harus tetap waspada, karena awan panas Merapi itu fluktuatif," katanya. Sementara itu, staf Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Sapari mengatakan, hingga saat ini belum diketahui penyebab terjadinya awan panas yang cukup besar itu, karena puncak Merapi masih tertutup kabut tebal. "Akibatnya, analisa terhadap material vulkanik tersebut belum dapat dilakukan, sehingga belum diketahui apakah awan panas itu merupakan longsoran kubah lava baru atau kubah lava 1997, atau keduanya," katanya. Menurut dia, analisa terhadap penyebab awan panas itu baru dapat dilakukan ketika puncak Merapi tidak tertutup kabut, dan kemungkinan hasil analisa baru dapat diketahui Kamis (15/6) dengan catatan cuaca cerah di puncak Merapi. "Kabut yang meliputi puncak Merapi menyulitkan kami untuk melakukan pengamatan dan analisa terhadap penyebab awan panas, karena kubah lava secara visual tidak terlihat sama sekali. Analisa dan hasilnya kemungkinan baru dapat dilakukan dan diketahui Kamis (15/6)," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006