Jakarta (ANTARA) -
Inisiator Bank Sampah Gunung Emas Jakarta Timur, Vera Nofita, memaparkan bahwa motivasi awalnya membuat bank sampah di daerah Pulokambing, Cakung tersebut adalah untuk memberdayakan para ibu rumah tangga (IRT) agar memiliki wadah untuk menabung.
 
Bank Sampah Gunung Emas baru saja mendapatkan penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar sebagai bank sampah terbaik pada acara puncak peringatan Festival Peduli Sampah Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada Selasa (13/6).
 
"Motivasi awalnya nggak kepikiran membuat bank sampah, jadi dulu sebetulnya saya bikin kegiatan tabungan, kita ini para ibu rumah tangga kan dapat uang dari suami, nah bagaimana caranya agar kita bisa konsisten menabung," kata Vera saat ditemui di Yayasan Pulo Kambing, Jakarta Timur, Senin.
Vera Nofita saat memegang penghargaan Bank Sampah terbaik dari KLHK di Yayasan Pulo Kambing, Cakung, Jakarta Timur pada Senin (19/6/2023). (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)
Ia mengungkapkan, saat wadah menabung bagi para IRT tersebut sudah berjalan kurang lebih empat bulan, ada salah satu calon nasabah yang mendatangi rumahnya dan bercerita bahwa dirinya ingin menabung tetapi tidak memiliki uang.


Baca juga: KLHK nobatkan Bank Sampah Gunung Emas jadi bank sampah terbaik 2023
 
"Nah, waktu itu akhir Desember 2013, tiba-tiba ada yang datang, cerita, 'Bu Vera saya mau menabung, tapi uang saya nggak cukup, pendapatan suami saya itu Rp 50 ribu seminggu', setelah itu saya spontan menjawab, ya sudah bawa saja sampahnya ke sini," kisahnya.
 
Sebelumnya, Vera sudah melihat secara langsung orang tua dari kawannya yang mengumpulkan botol di halaman rumah, dan menyadari bahwa dari botol tersebut ada nilai ekonomi yang bisa diambil.
 
"Sebelum saya kegiatan (menabung) itu, pernah lihat beberapa teman yang orang tuanya mengumpulkan botol, saya mikir, ternyata botol itu ada nilainya, tetapi pada saat itu saya nggak tahu botol atau sampah itu mau diapain," tutur dia.
 
Setelah itu, ia memutuskan untuk mencari informasi di internet tentang kegiatan bank sampah sembari mengumpulkan info dari salah seorang kawan SMP-nya.
 
"Saya tanya juga sama teman, dia teman SMP saya, namanya Vero, dia aktif di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) APIK, lalu saya iseng bertanya, Vero punya link nggak, aku mau bikin kegiatan sampah," ujar dia.
 
Vero kemudian memberikan link ke APK Foundation, yang sekaligus memberikan informasi agar kegiatan tabungan milik Vera bisa difasilitasi.
"Saya tanya juga, lembaga mana yang bisa bantu, supaya tabungan ini nggak keluar jalur dan tidak ada korupsi, agar saya fokus mengelola manajemennya, kemudian dia bilang bisa, ke Pusat Pemberdayaan Sumber Daya Wanita (PPSW)," katanya.
 
Sejak saat itulah Vera kemudian dipertemukan dengan pemilik LBH APIK, yang mengajarinya selama enam bulan untuk membuat bank sampah dari nol.
 
"Beliau utus dua tenaganya, melatih saya selama enam bulan, saya dikasih buku, tabungan, buku besar, timbangan, alat tulis kantor, diajari membuat bank sampah, jadi awalnya karena ada yang mau nabung tapi nggak punya duit, terus saya ketemu APK Foundation, akhirnya terjadilah bank sampah," ujar Vera Nofita.

Baca juga: Bank sampah manfaatkan kulit mengkudu jadi teh raih penghargaan KLHK

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023