Yogyakarta (ANTARA News) - Tidak ada tanda-tanda kehidupan setelah salah satu pintu "bunker" yang diyakini menjadi tempat berlindung dua relawan Merapi dibuka, Kamis sore. Dua korban yang diyakini terjebak di dalam "bunker" (tempat perlindungan bawah tanah) yang sudah tertimbun material vulkanik Merapi itu adalah Warjono (32) dan Sudarwanto. Mereka lari berlindung ke tempat itu ketika terjadi luncuran awan panas Merapi Rabu siang. Wartawan ANTARA News yang berada di lokasi melaporkan, salah satu pintu dari dua pintu "bunker" di Kaliadem, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu berhasil ditemukan setelah dilakukan penggalian dengan menggunakan alat manual, karena alat berat tidak lagi dibutuhkan. Sekitar pukul 17.10 WIB upaya evakuasi dihentikan karena suhu udara di dalam "bunker" sangat panas, sementara kawasan setempat terus menerus diterjang awan panas dari Gunung Merapi. Komandan Korem 072 Pamungkas Kolomel CZI Langgeng Sulistyono didampingi Dandim Sleman Letkol Inf. Mursal yang memimpin langsung evakuasi tersebut mengatakan "bunker" tertutup material vulkanik berupa pasir dan abu setebal satu meter dari permukaan "bunker" atau tiga meter dari lubang pintunya. Di depan pintu yang berhasil dibuka tim penolong, didapati dua batu besar setinggi sekitar 75 cm. Kemudian beberapa batu lagi serta gundukan pasir juga ada di dekat pintu di bagian dalam. Digambarkan oleh Danrem, suhu udara di dalam bunker yang memiliki lorong selebar satu meter itu mencapai sekitar 217 derajat Celcius. "Ketika ada kayu ditempelkan di salah satu batu di tempat itu, kayu tersebut langsung terbakar," sambungnya. Danrem mengatakan evakuasi akan dilanjutkan Jumat (16/6) pagi ketika matahari sudah terang. Sementara itu, Imam salah seorang petugas Proyek Merapi yang ikut membantu evakusi mengatakan suhu udara di luar `bunker` akibat pengaruh awan panas sekitar 200 derajat Celcius. "Dan kemungkinannya di dalam bunker lebih panas lagi, sehingga peluang korban untuk bisa hidup 50-50," sambungnya. Korban kemungkinan bisa memanfaatkan air mimum dari air kamar mandi yang ada di dalam `bunker`. "Sedangkan persediaan gas oksigen di dalam `bunker` ada 10 tabung, yang dulu disiapkan untuk 50 orang selama lima hari," ujar Imam. Kawasan Kaliadem saat ini rata tertimbun material vulkanik berupa pasir dan abu warna putih. Warung-warung yang tertimbun material itu hanya kelihatan sebagian gentengnya. Bau belerang sangat menyengat di kawasan setempat. Menurut informasi dari salah seorang warga, di Kaliadem masih ada beberapa warga yang bertahan tetap tinggal di rumahnya, bahkan ada yang tinggal bersama seorang anaknya yang masih berusia 17 bulan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006