Jakarta (ANTARA) — Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D didampingi Wakil Kepala BPIP Dr. Drs. Karjono, S.H., M.Hum menjadi saksi dalam Deklarasi "Jaringan Kota/Kabupaten Tapak Sejarah Bung Karno" atau (Jaket Bung Karno) oleh 22 kota/kabupaten 
di Haul Bung Karno di Kota Blitar, Selasa.

Kepala BPIP Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D dalam pidatonya mengingatkan terbentuknya Jaket Bung Karno adalah penegasan dari pesan Bung Karno yakni Jasmerah atau "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah".

"Karena melalui sejarah kita mengerti betul tentang sulit dan beratnya perjuangan para pahlawan serta para pendiri bangsa", ujarnya. 

Menurutnya, filosofis Jaket Bung Karno tersebut dimaknai bukan sebagai Jaket yang dipakai Bung Karno, terbuat dari kulit atau kain, melainkan jaket pemikiran, ide, gagasan, optimisme dan cita-cita perjuangan dari Bung Karno.

"Jaket ini tentu saja kita dapat pakai, dapat kita implementasikan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila", tegasnya.

BPIP mengajak kepada seluruh Kepala Daerah dan masyarakat untuk terus meneladani tekad, semangat dan perjuangan Bung Karno.

"Di bumi Bung Karno ini mari kita sama-sama tekadkan Jaket Bung Karno sebagai penerus perjuangan Bung Karno, terutama untuk generasi muda, sehingga Pancasila yang telah diwariskan untuk bumi pertiwi ini senantiasa menjadi jati diri bangsa dalam mewujudkan indonesia maju dan sejahtera", ujarnya.

Tidak hanya itu, BPIP juga telah melakukan berbagai kerja sama, kolaborasi dan gotong royong dengan Pemerintah Daerah baik Kota/Kabupaten dan Provinsi di Indoneisa untuk penguatan Pembinaan Ideologi Pancasila.

"Kami tentu mengharapkan dukungan dari pemerintah Daerah segala upaya pembumian Pancasila dalam tindakan, melalui gerakan pencegahan stunting, ekonomi Pancasila, implementasi Buku Pendidikan Pancasila dan Paskibraka", tutupnya.

"Ada tiga alasan kami melaksanakan deklarasi Jaket Bung Karno ini, alasan pertama, Bung Karno sebagai Proklamator, Presiden pertama RI, penyambung lidah rakyat dan pemimpin besar revolusi adalah milik bangsa Indonesia", paparnya.

"Bung Karno memang dimakamkan di Kota Blitar, tapi jejak sejarah perjuangan Bung Karno ada di banyak daerah. Bung Karno lahir di Surabaya, Bung Karno sekolah di Jombang, Mojokerto, Sidoarjo dan Tulungagung. Bung Karno pernah kuliah di Bandung dan pernah diasingkan di Bengkulu", sambungnya.

Tak kalah penting Bung Karno juga menemukan inspirasi lahirnya Pancasila di saat menjalani pembuangannya di Ende, Flores dan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta. 

"Sejarah perjuangan Bung Karno ini punya makna yang mendalam bagi sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dan perlu diketahui generasi penerus bangsa seperti pesan beliau jas merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah," ujar Santoso. 

Alasan kedua, pemikiran Bung Karno sudah terbukti dan teruji serta diakui dunia, contoh terakhir pidato Bung Karno di sidang PBB pada 1960.

Pada Mei 2023 lalu, pidato Bung Karno di PBB itu ditetapkan dalam sidang eksekutif Unesco sebagai arsip warisan dunia.

Dengan ditetapkan sebagai arsip warisan dunia, naskah pidato Bung Karno tersebut menjadi milik warga dunia yang harus dilestarikan dan dilindungi.

"Itu salah satu contoh pemikiran Bung Karno yang diakui dunia internasional. Pemikiran Bung Karno masih relevan untuk dipelajari dan diteruskan oleh penerus bangsa," katanya.

Alasan ketiga, pada tempat-tempat sejarah di Indonesia yang terkait dengan Bung Karno

Sejumlah tempat itu perlu dipastikan agar tetap aman, bersih, terawat dan tidak jatuh pada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Bahkan, jika memenuhi persyaratan, sejumlah tempat itu perlu diusulkan menjadi cagar budaya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023