Setengah piring diisi dengan sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat
Ambon (ANTARA) - Satuan tugas (Satgas) Operasi teritorial (Opster) Tentara Nasional Indonesia (TNI) menggelar penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan untuk anak dan balita di Pulau Haruku, Maluku guna menekan angka stunting di daerah itu.

"Pemeriksaan kesehatan ini salah satu upaya Satgas Opster TNI di Haruku untuk membantu pemerintah dalam menekan angka stunting di daerah ini," ujar Dansubsatgas Opster TNI, Letkol Arh Tengku Sony Sonatha dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Jumat.

Penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan itu dilakukan oleh jajaran petugas kesehatan dari Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Desa Pelauw, Pulau Haruku.

Ia mengatakan, program penanganan stunting merupakan program Nasional yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementrian Kesehatan RI untuk di aplikasikan sampai ke tingkat daerah.

"Untuk itu mekanisme teknisnya akan dilanjutkan oleh tim kesehatan dari Puskesmas Negeri (desa) Pelauw, Pulau Haruku untuk pemberian materi stunting," katanya.

Sementara itu pemateri pada kegiatan tersebut Nurja Tuahena selalu pimpinan Puskesmas Negeri Pelauw, mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat belum memahami istilah yang disebut stunting.

"Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya," kata dia menjelaskan.
Pengukuran tinggi badan bagi anak dan balita oleh TNI dan Puskesmas di Pulau Haruku, Maluku (Antara/HO-Pers Pendim)


Ia melanjutkan, kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

"Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah," tuturnya.

Menurut Nurja, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih, dengan kata lain warga setempat harus mulai membudayakan pola hidup sehat.

Pasalnya seringkali masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan, sehingga membutuhkan peran semua sektor dalam tatanan masyarakat.

Untuk itu anak-anak dalam masa pertumbuhan, dianjurkan untuk memperbanyak sumber protein sangat disamping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur, dalam satu porsi makan.

"Setengah piring diisi dengan sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat," paparnya.

Selain itu penting bagi ibu menyusui agar berupaya memberikan air susu ibu (ASI) sampai bayi berumur dua tahun.

"Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke posyandu setiap bulan," tandasnya.

Baca juga: BKKBN: Strategi Nasional perkuat informasi stunting lebih masif
Baca juga: Jawa Barat siap terapkan Aplikasi Elsimil guna cegah stunting 
Baca juga: Kepala BKKBN: Jarak kehamilan pada ibu pengaruhi pertumbuhan anak

Pewarta: Ode Dedy Lion Abdul Azis
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023