Jakarta (ANTARA) - “Gusmiati Suid: Arsip & Refleksi”, buku yang mendokumentasikan perjuangan dan perjalanan karya maestro Gusmiati Suid resmi diluncurkan, Sabtu.

Ditulis oleh orang-orang terdekat sang mendiang maestro, buku ini memuat arsip media massa tentang pementasan dan proses penciptaan karya seniman Gusmiati Suid.

“Secara fokus memang ini arsip kumpulan kliping, tidak hanya sekedar arsip tapi ada refleksi yang bisa menjelaskan lebih dalam kekaryaan ibu (Gusmiati Suid), kemudian juga perjuangan kebudayaannya,” kata Penanggung Jawab Arsip & Kelola Buku, Diana Trisnawati, pada peluncuran “Gusmiati Suid: Arsip & Refleksi” di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Askrindo keluarkan buku TJSL tunjukkan komitmen bangun generasi emas

Lahir pada masa pendudukan Jepang (16 Agustus 1942 – 28 September 2001) di Dusun Parak Jua Batu Sangkar, Sumatera Barat, Bu Yet, sapaan akrab Gusmiati Suid, merupakan seorang penata tari (koreografer).

Pencipta Tari Rantak, Kabar Burung, dan Api Dalam Sekam ini dipandang sebagai seorang maestro di dunia seni tari kontemporer Indonesia.

Sebelumnya ia merupakan pengajar Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memutuskan untuk keluar dan akhirnya mendobrak sejarah seni tari Tanah Air.

Diterbitkan Borobudur Writers and Cultural Society (BWCF), orang-orang terdekat Bu Yet lah yang merupakan penulis buku ini, mereka di antaranya Helly Minarti, Nirwan Dewanto, Sal Murgiyanto, Efix Mulyadi, Afrizal Malna, dan Yerry Wirawan.

Helly merupakan akademisi dan doktor bidang koreografi yang cukup dekat dengan Bu Yet, sedangkan Efix merupakan seorang jurnalis pada jamannya yang mengikuti rekam jejak perjalanan karya sang maestro.

Sementara Nirwan dan Afrizal merupakan kerabat dekat, yang juga berasal dari Suku Minang, Yerry mahir dalam sejarah, serta Sal yang sebelumnya merupakan penasihat yang selalu berdiskusi dengan Gusmiati Suid.

“Ibu (Gusmiati Suid) hanya ingin menyampaikan bahwa sebuah karya tidak boleh terkekang oleh tradisi dan gender, namun si pelaku sendiri juga tidak boleh lepas dari tradisi dan aturan-aturannya,“ jelas Diana.

Perlu waktu berbulan-bulan bagi Diana dan tim untuk mengumpulkan arsip sang maestro yang kebanyakan masih diterbitkan dalam media cetak, baik dalam dan luar negeri. Tidak sedikit pula karya dan perjalanan Bu Yet yang tidak sempat didokumentasikan.

Namun kumpulan arsip yang ditampilkan dalam buku merupakan yang terbaik dan menggambarkan perjuangan Gusmiati Suid secara jelas dan mendalam.

“Bisa dikatakan ini sebagai buku pertama yang mendokumentasikan seluruh arsip dari ibu Gusmiati Suid. Ini juga merupakan milik dan persembahan untuk keluarga mendiang Bu Yet,” ujar Diana.

Baca juga: Silek Arts Festival 2019 hadirkan kenangan maestro tari Gusmiati Suid

Baca juga: BTS akan terbitkan buku 10 tahun berkarier dalam 23 bahasa

Baca juga: Indonesia-Qatar berkolaborasi luncurkan buku cerita anak terjemahan

Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023