Surabaya (ANTARA) -
Kota Surabaya sudah lama dikenal sebagai salah satu wilayah pusat perdagangan dan jasa di Tanah Air. Kini, Kota Pahlawan dan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur itu terus berbenah untuk menjadi daerah tujuan wisata.
 
Beragam titik-titik wisata ditambah, ada yang diperbarui, dan ada pula yang diberikan sentuhan konsep baru agar lebih menarik. Semua upaya dari pemerintah daerah itu agar Surabaya bisa "mewisatakan diri".
 
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggenjot penataan ulang pada beberapa titik, demi menarik datangnya wisatawan. Upaya memunculkan objek di pusat kota, menjadi salah satu pilihan, seperti di Jalan Tunjungan, hingga Kompleks Balai Pemuda.
 
Dua tempat di pusat kota itu menjadi titik berkumpul masyarakat dan kegiatan kesenian. Di Kompleks Balai Pemuda Surabaya menonjolkan sisi bangunan bersejarah, kawasan plaza, dan alun-alun bawah tanah. Kemudian ada pula sejumlah ruangan yang acap kali dijadikan lokasi menggelar pameran kesenian.
 
Khusus di Jalan Tunjungan yang disesaki gedung perkantoran dan hotel, kini semakin semarak, terutama pada malam hari, karena adanya aktivitas perekonomian masyarakat, ada kafe, restoran, hingga sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang diberdayakan oleh pemerintah setempat.
 
Jalan Tunjungan seolah menjadi "surga" bagi anak-anak muda untuk cangkrukan atau berkumpul dan ngobrol bersama. Deretan stan jajanan dan kafe dimanfaatkan untuk ajang kulineran.
 
Sembari menyantap hidangan maupun minuman yang dipesan, wisatawan akan disuguhi pemandangan gedung-gedung anyar maupun lawas, tak lupa juga hilir mudik keberadaan bermotor, seolah menjadi pertunjukan tersendiri di tengah gemerlapnya lampu Jalan Tunjungan.
 
Kini juga ada Taman Surya yang sudah dibuka kembali untuk umum, pada Rabu (31/5/2023). Saat pembukaan, ada festival makanan gratis dan penampilan kesenian khas, "Ludruk Cak Kartolo".
 
Setelah dibuka, kawasan di Balai Kota Surabaya semakin dipadati pengunjung, utamanya saat malam hari. Lokasi itu lebih dimanfaatkan oleh para keluarga. Mereka banyak menghabiskan waktu dengan bermain bersama.
 
Selain tiga tempat itu, ada juga Wisata Perahu Sungai Kalimas, Adventure Land Romokalisari, Hutan Mangrove Wonorejo dan Gunung Anyar, Taman Hiburan Pantai Kenjeran, Kebun Binatang Surabaya (KBS), dan Monumen Tugu Pahlawan.
 
Surabaya juga memiliki wisata edukasi di Museum Pendidikan, Museum Olahraga, Museum Sepuluh Nopember, Museum H.O.S Tjokroaminoto, Museum Dr Soetomo, Museum W.R Soepratman, hingga Rumah Kelahiran Bung Karno.
 
Harga tiket untuk sejumlah wahana wisata di kota bersejarah mengenai heroisme itu dipatok tergolong murah, mulai dari yang gratis, hingga berkisar Rp15 ribu per orang.
 
Kesan Surabaya ingin "mewisatakan diri" semakin terlihat nyata, sebab ada beberapa wacana yang akan diterapkan ke depannya, dengan adanya tambahan konsep pada wahana wisata, seperti "Surabaya Night Zoo" di lingkungan KBS.
 
Pembukaan dilakukan Minggu (25/6) sekitar pukul 18.00 WIB. Wahana itu untuk mengedukasi masyarakat, khususnya anak-anak soal pola hidup binatang nokturnal.
 
Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya, melalui Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) setempat kini juga mengembangkan Kampung Peneleh.
 
Pengerjaan Kampung Peneleh itu dititikberatkan pada penguatan sisi sejarah. Pasalnya di lokasi tersebut terdapat sejumlah objek wisata yang memiliki nilai sejarah, seperti Rumah Kelahiran Bung Karno, Museum H.O.S Tjokroaminoto, dan Masjid Jamik Peneleh.
 
Kemudian, Pemerintah Kota Surabaya menghubungkan Kampung Peneleh dengan unit perahu dari wisata Kalimas untuk mempermudah dan memperluas cakupan kedatangan pengunjung di kawasan itu.
 
Konsep edukasi itu cocok untuk dihubungkan, sebab wahana perahu di Kalimas sering dinikmati oleh wisatawan yang membawa keluarga mereka masing-masing, termasuk anak-anak.
 
Selanjutnya, Pemerintah kota setempat bakal membentuk wisata olahraga. Terdengar sedikit berbeda, memang, dari kebanyakan konsep yang diterapkan sebelumnya.
 
Konsep wisata olahraga yang tengah dipersiapkan akan menjadikan Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) sebagai objek utamanya. Bukan tanpa alasan, stadion di sisi barat Kota Surabaya itu merupakan kandang salah satu klub sepak bola legendaris Indonesia, yaitu Persebaya.
 
Pemerintah Kota Surabaya membuat program wisata olahraga itu karena terinspirasi dari klub sepak bola luar negeri, seperti Liverpool Manchaster United, Barcelona, Real Madrid, dan sejumlah tim lainnya.
 
Sejumlah piala dan barang-barang legenda maupun pemain yang masih aktif turut dipajang di lokasi itu. Keberadaan objek tersebut menjadi nilai lebih untuk menarik kedatangan wisatawan, mengingat Persebaya punya nama besar di belantika sepak bola nasional.
 
Beberapa waktu yang lalu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sempat menyatakan ingin membuat Stadion GBT bagaikan Anfield atau Old Trafford. Mungkin yang dimaksud adalah nuansanya sebagai tur stadion.
 
Upaya mengonsep Stadion GBT untuk sarana olahraga rencananya juga akan dimasukkan ke dalam berkas kerja sama "sister city" dengan Kota Liverpool di Inggris.
 
Wisata olahraga, alangkah baiknya juga meliputi Museum Olahraga. Di sana banyak barang-barang milik atlet Surabaya dengan prestasi mendunia. Sehingga tak hanya kesan sepak bola yang hadir, sebab konsep yang disusun dalam wisata olahraga bukan "tur stadion sepak bola".
 
Upaya berbenah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya itu agaknya sejalan dengan ungkapan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, beberapa waktu lalu yang mengajak warga Jatim mengisi liburan sekolah dan Idul Adha pada akhir Juni dan awal Juli 2023 ini untuk berkunjung ke sejumlah objek wisata di wilayah itu saja. Maka, Kota Surabaya bisa menjadi pilihan warga Jatim untuk berwisata bersama keluarga. Selamat berlibur.

 

Copyright © ANTARA 2023