Kami harus mendengarkan suara dari anak-anak tak berdosa dan menyuarakan genocide ini kepada masyarakat dunia sebagai pembelajaran bagi generasi mendatang,"
Depok (ANTARA News) - Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Tamerlan Karayev menuntut keadilan dari dunia internasional untuk menegakkan keadilan bagi korban "Khojaly Genocide" serta peristiwa kebrutalan lainnya di seluruh dunia.

"Kami harus mendengarkan suara dari anak-anak tak berdosa dan menyuarakan genocide ini kepada masyarakat dunia sebagai pembelajaran bagi generasi mendatang," katanya usai menghadiri acara seminar Konflik, Etnis, Agama, dan Separatisme, di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Kamis.

Ia memaparkan bagaimana upaya sistematis Armenia dan beberapa pemimpin mencoba untuk membuktikan supremasi demokrasi dan hak asasi manusia untuk dunia, namun melakukan pengubahan sejarah dan menyesatkan masyarakat dunia, dengan mengabaikan semua peristiwa pembantaian yang telah dilakukan oleh Armenia terhadap Azerbaijan.

Sebagai contoh, beberapa negara Eropa mengesahkan undang-undang penolakan yang disebut dengan "Armenia genocide". Pada kenyataannya orang-orang dari negara-negara tersebut tahu bahwa dalam sejarah tidak ada kejadian seperti itu dilakukan terhadap Armenia, namun kenyataannya Armenia-lah yang nyata-nyata telah melakukan genocide di Khojaly sekitar 21 tahun silam.

Sementara itu Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj menyampaikan rasa empati yang besar. Ketidakadilan dalam memandang berbagai kasus kekerasan di dunia. Ia mencontohkan bila satu saja warga Israel terbunuh, maka dunia seakan-akan mengutuk bahkan bergerak bersama untuk menuntut keadilan bagi warga Israel tersebut.

Sebaliknya, bila peristiwa yang sama menimpa masyarakat muslim, dunia seakan bisu, kalaupun memberikan dukungan, hanya sebatas seruan. Hal ini tidak dapat dibiarkan terus menerus. Said yang juga menjabat sebagai Ketua MWA UI, menghimbau dengan kuat agar kita semua memberikan dukungan yang luas kepada Azerbaijan sebagai bagian dari solidaritas sesama muslim.

Ketua DPR RI, Marzuki Alie memaparkan bahwa Peristiwa yang terjadi 21 tahun lalu, 25 - 26 Februari 1992, di desa Khojaly Azerbaijan tersebut, mungkin tidak banyak diingat dan diketahui orang.

Oleh karena itu dirinya menyambut positif diselenggarakannya seminar ini untuk mengingatkan kepada dunia internasional akan peristiwa pembantaian kemanusiaan tersebut.

"Tidak saja untuk memperingati peristiwa kejahatan genosida terhadap warga desa Khojaly Azerbaijan oleh pasukan Armenia, tetapi juga untuk meneguhkan komitmen kita bahwa kejahatan kemanusiaan serupa tidak boleh terulang dan terjadi di mana pun di dunia ini," tegsanya

Ia mengatakan kita harus mencegahnya karena kejahatan kemanusiaan tersebut tidak saja bertentangan dengan hukum internasional, tetapi juga bertentangan dengan akal sehat manusia, dan juga bertentangan dengan nilai-nilai agama.
(F006/Z003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013