perilaku perundungan menyebarkan rumor tidak sedap, mempermalukan orang lain dengan mengirimkan gambar, video dan teks yang tidak pantas secara asusila
Depok (ANTARA) - Para pegiat literasi digital menyampaikan materi di hadapan lebih dari 800 warga dari Kecamatan Simokerto yang terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kelurahan Simokerto, Kapasan, Tambak Rejo, Simolawang dan Sidodadi, Surabaya, yang membahas budaya kekerasan diruang digital.

Pegiat literasi digital tersebut Kemal Andrias dari Next Generation Indonesia, Devie Rahmawati dari Klinik Digital/Vokasi UI dan Rizqy Mulyantara dari Grup Goto.

“Salah satu tantangan terbesar dari membangun ruang warga belajar ialah kondisi mental masyarakat digital Indonesia yang tidak sepenuhnya sehat yaitu karakter “kekerasan komunikasi” di ruang digital," kata Pengabdi masyarakat Vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati, dalam keterangannya, Kamis.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi dan Siberkerasi dengan tema "Ruang Digital, Ruangnya Warga Belajar".

Devie Rahmawati juga berkesempatan bertemu 200 warga kelurahan Tanjung Perak Surabaya, untuk berbagi tips tentang pola asuh keluarga di era digital selama dua sesi berturut-turut.

Menurut dia, salah satu riset global menyatakan bahwa warga digital Indonesia menempati posisi pertama sebagai masyarakat paling kasar berkomunikasi di ruang digital.

Riset lain menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia, baik pria maupun perempuan memiliki perilaku perundungan dengan cara menyebarkan rumor tidak sedap, mempermalukan orang lain dengan mengirimkan gambar, video dan teks yang tidak pantas secara asusila.

Selain itu melecehkan lewat komunikasi verbal bernuansa seksualitas, menggunakan isu SARA sebagai bahan lelucon serta melakukan penghinaan terhadap orientasi seksual, ujar Devie Rahmawati, salah satu founder Klinik Digital pada tahun 2018.


Dikatakannya postingan di media sosial yang mengandung unsur kekerasan memiliki andil untuk menginspirasi kekerasan di ruang nyata, berdasarkan penelitian tahun 2019.

"Tidaklah mengherankan bila terjadi berbagai aksi kekerasan di ruang offline baik sebelum dan pasca pandemi tidak pernah sepi menghiasi pemberitaan media kita,” tutup Devie Rahmawati.
Baca juga: Ikhtiar mewujudkan ruang siber yang aman dari kekerasan seksual
Baca juga: Ruang digital aman penting guna cegah kekerasan berbasis gender online
Baca juga: RUU TPKS atur penanganan kekerasan seksual di ruang digital

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2023