Kedua negara Indonesia dan PNG berinteraksi secara aktif.
Biak (ANTARA) - Ketua Pusat Studi Indo-Pasifik Universitas Cenderawasih Dr Melyana R Pugu SIP MSi mengatakan, pentingnya kawasan Pasifik dalam konteks Papua Nugini (PNG) dan Indonesia untuk memiliki hubungan bilateral di kawasan Indo-Pasifik.
​​​
"Kedua negara Indonesia dan PNG berinteraksi secara aktif," ujar Dr Melyana pada diskusi publik Earbay Channel dan Info Papua Selatan dalam keterangan tertulis diterima ANTARA, Jumat.

Ia menjelaskan dalam forum komunikasi di Pasifik, seperti Pasific Islands Forum, Melanesian Spearhead Group, Pasific Island Development Forum, Southwest Pacific Dialogue, dan Organization of African, Caribbean, and Pacific States.

Melyana mengakui, salah satu potensi besar dari hubungan bilateral ini adalah ujung timur, dimana terdapat kesamaan budaya Melanesia dan hubungan kekerabatan yang kuat antara warga di perbatasan RI-PNG.

“Dengan jarak yang relatif lebih pendek, ujung timur memiliki potensi menjadi pusat hubungan perdagangan ekspor-impor antara kedua negara. Selain itu, faktor penduduk yang cukup signifikan di PNG juga dapat menjadi pasar potensial bagi produk Indonesia," ujar Melyana.

Melyana menambahkan, pada sisi ekonomi, Papua Nugini memiliki potensi pertanian yang kaya, seperti kelapa sawit, pisang, ubi jalar, dan berbagai jenis sayuran.

Pada sektor industri, ujar Melyana, seperti minyak dan gas, pertambangan emas, tembaga, dan nikel, serta pengolahan kelapa sawit dan kayu menjadi sektor utama.

Sementara itu, Indonesia dengan produk domestik bruto yang besar dan beragam sektor ekonomi, seperti pertanian, perikanan, kehutanan, dan pariwisata, memiliki peluang untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan PNG.

Dia menjelaskan lagi, identifikasi potensi di wilayah Sandaun Province, Papua Nugini menunjukkan adanya kekayaan alam dan pemandangan indah yang berpotensi menjadi objek pariwisata.

“Namun, wilayah ini juga menghadapi masalah, seperti perdagangan ilegal narkoba, senjata, dan barang-barang terlarang lainnya yang perlu mendapatkan perhatian serius," ujarnya.

Selain potensi yang ada, menurut Melyana, terdapat beberapa tantangan dalam hubungan bilateral RI-PNG.

Pembentukan provinsi baru dan pembentukan regulasi, terutama dalam kerja sama antara kedua negara, merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi.

Sosialisasi kepada negara tetangga PNG, termasuk maksimalisasi fungsi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Skouw dan Sota, Papua Selatan. "Serta peningkatan diplomasi publik dengan pendirian Daerah Otonomi Baru (DOB) di Tanah Papua, juga menjadi tantangan yang perlu ditangani," ujar Melyana.

Untuk mengoptimalkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Papua Nugini, menurut Melyana, perlu dilakukan berbagai upaya seperti pertukaran pelajar dan mahasiswa, implementasi MOU sister province dan sister city. "Serta pameran budaya dan pendidikan antardua negara di wilayah perbatasan dapat mempererat hubungan kedua negara," katanya pula.

Selain itu, ujar dia lagi, pertandingan persahabatan olahraga, seperti sepak bola, juga dapat menjadi ajang untuk memperkuat kerja sama bilateral.

Dalam rangka menghadapi tantangan dan memanfaatkan potensi yang ada, diperlukan kerja sama antara Indonesia dan Papua Nugini.

"Melalui pembentukan regulasi yang efektif, peningkatan sosialisasi kepada negara tetangga, dan diplomasi publik yang lebih intensif, hubungan bilateral kedua negara dapat semakin kuat dan bermanfaat bagi kedua belah pihak," katanya lagi.
Baca juga: Gairah perekonomian dari penggunaan rupiah di perbatasan Merauke
Baca juga: BI Papua sebut PNG punya potensi penggunaan QRIS cross border

 

Pewarta: Muhsidin
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023