Jangan sampai delapan jam betul-betul duduk, itu sudah gaya hidup sedentary
Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI) mengingatkan masyarakat untuk senantiasa menjaga kesehatan otot demi mencegah timbulnya penyakit sarkopenia ketika menginjak usia lanjut.

Sarkopenia adalah salah satu penyakit yang umum terjadi pada orang lanjut usia, di mana terjadi pengecilan otot yang disertai dengan menurunnya kualitas dan fungsi otot.

"Penting sekali untuk mempunyai massa otot dan fungsi otot yang baik sejak usia muda, jadi pencegahan akan lebih baik sehingga di usia tua tidak terjadi hal-hal yang demikian," kata Sekretaris Jenderal PP PERGEMI dr. Kuntjoro Harimutri, SpPD-KGer, M.Sc dalam acara peringatan Hari Sarkopenia Sedunia 2023 di area Car Free Day kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu.

Seseorang yang mengalami sarkopenia akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari terutama aktivitas yang membutuhkan kekuatan otot seperti berjalan atau naik turun tangga.

"Salah satu organ penting yang bisa membuat kita bergerak dengan baik, aktif, dan aman adalah otot, dan otot yang baik yaitu yang jumlah massanya cukup, kualitasnya baik, serta berfungsi dengan baik, merupakan syarat agar kita mampu bergerak dan beraktivitas," ujar dokter spesialis penyakit dalam di RS. Cipto Mangunkusumo itu.

Baca juga: Dokter sebut penurunan massa otot dimulai pada usia 35 tahun

Prevalensi penderita sarkopenia di kalangan lansia di Indonesia ditunjukkan oleh riset yang dilakukan Kuntjoro dan kawan-kawan yang dipublikasikan tahun 2023 di jurnal Acta Medica Indonesiana. Riset tersebut menunjukkan bahwa satu dari lima lansia di Indonesia menderita sarkopenia

Ketua PP PERGEMI dr. Nina Kemala Sari, SpPD-KGer, MPH yang turut hadir pada acara peringatan Hari Sarkopenia Sedunia 2023, menyebutkan sarkopenia disebabkan oleh kurangnya aktifitas fisik maupun asupan nutrisi tertentu seperti protein.

Lebih lanjut Nina menjelaskan, gaya hidup sedentary atau gaya hidup dengan intensitas gerak fisik yang sangat kecil menjadi salah satu penyebab utama munculnya risiko sarkopenia.

Aktifitas gaya hidup sedentary seperti duduk, bekerja di depan komputer, menyetir, dan kegiatan lain yang minim gerakan fisik tidak dianjurkan berlangsung selama lebih dari enam jam. Oleh karena itu Nina mengimbau orang-orang untuk beraktivitas fisik seperti berjalan di sela rutinitas pekerjaan.

"Di sela-sela kerja harus gerak, perbanyak jalannya. Jangan sampai delapan jam betul-betul duduk, itu sudah gaya hidup sedentary," imbau dokter spesialis penyakit dalam konsultan geriatri dari RS. Cipto Mangunkusumo itu.

Baca juga: Ini yang terjadi kalau berhenti beraktivitas fisik

Dalam memperingati Hari Sarkopenia Sedunia yang jatuh pada 4 Juli 2023, PERGEMI mengadakan acara peringatan di kawasan Car Free Day Jakarta Pusat yang diisi dengan beragam kegiatan menarik sekaligus mengedukasi.

Perhelatan tersebut diramaikan dengan sejumlah kegiatan di antaranya fun walk, flashmob, senam bersama, dan sesi bincang-bincang bersama dr. Nina dan dr. Kuntjoro dengan tema "Menjaga Kesehatan Otot Pada Usia Muda dan Lansia".

Dalam acara tersebut para peserta juga bisa memeriksakan kadar kolesterol, gula darah, tekanan darah, kepadatan tulang, kekuatan genggam tangan, serta konsultasi kesehatan gratis dengan para pakar penyakit dalam dan konsultan geriatri.

Rangkaian kegiatan Hari Sarkopenia Sedunia 2023 bertujuan mengajak masyarakat agar tetap aktif melatih fisik dan otot secara konsisten dan teratur sejak dini serta mengonsumsi nutrisi yang berkualitas untuk mencegah sarkopenia.

"Peringatan perdana Hari Sarkopenia Sedunia 2023 di Indonesia ini diharapkan menjadi momentum bersama agar kita lebih memperhatikan kesehatan otot dengan dimulai dari penerapan gaya hidup sehat sejak usia dini," kata Nina.

"Mari bersama-sama kita mencegah terjadinya sarkopenia sedini mungkin agar kualitas hidup kita tetap baik di usia senja," katanya menambahkan.

Baca juga: Pergemi imbau kelompok lansia untuk aktif bergerak cegah penyakit

Baca juga: Mencegah sarkopenia dengan asupan protein dan gaya hidup aktif

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023