Terhadap euro, yen melayang di 157,66, tepat di bawah level terendah 15 tahun di 158 yang disentuh minggu lalu
Singapura (ANTARA) - Yen diperdagangkan tepat di bawah batas psikologis 145 per dolar AS di sesi Asia pada Senin sore, sementara dolar melemah setelah data ekonomi AS pekan lalu menunjukkan sedikit penurunan dalam inflasi dan belanja konsumen.

Yen melemah 0,09 persen menjadi 144,45 untuk memulai paruh kedua tahun ini, setelah kehilangan 9,0 persen terhadap dolar dalam enam bulan pertama tahun ini.

Terhadap euro, yen melayang di 157,66, tepat di bawah level terendah 15 tahun di 158 yang disentuh minggu lalu. Mata uang Jepang naik menjadi 183,58 per sterling, tertinggi sejak Desember 2015.

Mata uang Asia itu secara singkat melewati 145 per dolar pada Jumat (30/6/2023), mencapai level terendah delapan bulan di 145,07 karena investor mengawasi apakah otoritas Jepang akan melakukan intervensi di pasar mata uang.

Menteri Keuangan Shunichi Suzuki mengatakan pada Jumat (30/6/2023) Jepang akan mengambil langkah yang tepat dalam menanggapi pelemahan yen yang berlebihan, dalam komentar terbaru dari menteri dan pejabat pemerintah.

Komentar dari Suzuki membantu mengekang penurunan yen pada Jumat (30/6/2023).

"Intervensi paling baik dipahami sebagai tangga eskalasi," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Forex, dikutip dari Reuters.

"Di antara anak tangga tertinggi adalah intervensi terkoordinasi... Anak tangga rendah di tangga eskalasi adalah berbagai jenis intervensi verbal."

Jepang membeli yen pada September, serangan pertama di pasar untuk meningkatkan mata uangnya sejak 1998, setelah keputusan Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk mempertahankan kebijakan ultra-longgar mendorong yen ke serendah 145 per dolar.

Otoritas Jepang mengintervensi lagi pada Oktober setelah yen jatuh ke level terendah 32 tahun di 151,94.

Namun, sentimen bisnis Jepang membaik pada kuartal kedua karena berkurangnya kendala pasokan dan penghapusan pembatasan pandemi mengangkat produksi dan konsumsi pabrik, sebuah survei bank sentral menunjukkan, sebuah tanda ekonomi berada di jalur pemulihan yang stabil.

Fokus investor minggu ini akan tertuju pada risalah pertemuan Juni Federal Reserve AS yang dijadwalkan pada Rabu (5/7/2023).

Bank sentral AS memutuskan untuk membiarkan suku bunga tidak berubah dalam pertemuan Juni tetapi mengisyaratkan bahwa biaya pinjaman mungkin masih perlu naik sebanyak setengah poin persentase hingga akhir tahun.

Data ekonomi sepanjang pekan lalu melukiskan gambaran ekonomi AS yang tangguh yang meredakan kekhawatiran resesi tetapi memicu ekspektasi bahwa Fed akan tetap pada jalur hawkish-nya.

Tetapi data pada Jumat (30/6/2023) menunjukkan inflasi yang lebih dingin dari perkiraan pada Mei, sementara belanja konsumen secara tak terduga melambat, memberikan bukti lebih lanjut bahwa kenaikan suku bunga Fed memiliki efek yang diinginkan.

"Ekonomi AS tidak melambat seperti yang diperkirakan," kata ahli strategi Citi dalam catatan klien. "Pertumbuhan pekerjaan yang sangat kuat membuat pasar tenaga kerja tetap ketat sambil memberikan daya beli nominal untuk mendorong konsumsi jasa-jasa."

Pasar memperkirakan peluang 84 persen untuk kenaikan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin dalam pertemuan Juli, alat CME FedWatch menunjukkan.

Perhatian investor juga akan tertuju pada Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja atau JOLTS, dan laporan penggajian bulanan yang akan dirilis akhir pekan ini yang akan membantu mengukur pasar tenaga kerja di Amerika Serikat.

Ahli strategi NatWest Markets memperkirakan siklus kenaikan akan berakhir, tetapi mencatat bahwa kurangnya kemajuan yang cukup dalam data inflasi dapat menyebabkan pejabat menaikkan 25 basis poin lagi pada Juli.

"Keputusan untuk bertindak atau tidak akan bergantung pada data lebih dari sebelumnya," kata mereka.

Terhadap sekeranjang mata uang, dolar berada di 102,86, setelah turun 0,4 persen pada Jumat (30/6/2023). Setelah menambah kenaikan hampir 2,0 persen pada paruh pertama tahun ini, euro membuat awal yang lemah untuk kuartal ketiga dan berada di 1,0916 dolar, naik 0,05 persen.

Sterling terakhir diambil 1,2704 dolar, datar pada hari ini, setelah naik 5,0 persen dalam enam bulan pertama tahun ini.

Yuan China stabil setelah tergelincir mendekati posisi terendah delapan bulan terhadap dolar pada akhir pekan lalu, didukung oleh upaya intensif bank sentral untuk menstabilkan mata uang lokal yang jauh melemah.

Dolar Australia naik 0,02 persen menjadi 0,667 dolar AS, sedangkan dolar Selandia Baru naik 0,42 persen pada 0,615 dolar AS.

Baca juga: Yen dan dolar melemah, pelaku pasar pertimbangkan kenaikan bunga Fed
Baca juga: Dolar turun karena data ekonomi tunjukkan pendinginan belanja konsumen
Baca juga: Yen jatuh tembus 145 per dolar, otoritas Jepang berpotensi intervensi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023