Penyisiran akan dilakukan dalam area yang lebih luas untuk mencari penyusup yang bergerak ke lokasi lain,"
Felda Sahabat, Malaysia (ANTARA News) - Tentara Malaysia menggencarkan perburuan terhadap gerilyawan dari Filipina di pulau Kalimantan pada Rabu atau sehari setelah mengerahkan jet tempur, mortir dan ratusan tentara untuk mengakhiri krisis keamanan itu.

Konflik terjadi hampir sebulan di negara bagian Sabah, dipicu oleh serangan kelompok yang berlayar dari Filipina selatan. Mereka mengklaim kawasan Sabah sebagai warisan kesultanan Sulu..

Bentrok sehari sebelumnya menewaskan 27 orang termasuk delapan polisi Malaysia. Insiden itu memicu kekhawatiran menjelang Pemilihan Umum Malaysia.

Polisi mengatakan satu orang telah ditembak pada Rabu dan memperingatkan warga untuk berhati-hati terhadap individu atau kelompok yang bersembunyi di ladang perkebunan sawit. Mereka bisa saja menyamar sebagai petani yang menggarap perkebunan.

"Penyisiran akan dilakukan dalam area yang lebih luas untuk mencari penyusup yang bergerak ke lokasi lain," kata Inspektur Jenderal Ismail Omar dikutip Reuters.

Pada Rabu, puluhan tentara diterjunkan ke Kampung Tanduo tempat para penyusup bersembunyi.

Jet tempur membombardir kawasan sawit Felda Sahabat pada Selasa setelah Perdana Menteri Najib Razak menyatakan hilang kesabaran dalam menangani konflik di negara bagian Sabah itu.

Pemerintah Filipina sendiri telah meminta kelompok yang berjumlah sekitar 200 orang itu untuk kembali ke rumah.

Kelompok tersebut menuntut pemerintah Malaysia untuk memberikan pengakuan dan pembayaran hak terhadap kesultanan Sulu yang dulu berkuasa atas Sabah.

Sekutu sultan di Manila mengatakan bahwa kelompok yang dia kirimkan telah berpencar untuk menghindari pelacakan petugas keamanan Malaysia.

Keluarga Sultan Sulu dari Manila mengatakan bahwa akan ada lebih banyak lagi penyusup yang masuk ke wilayah Malaysia yang disengketakan itu.

Ketidakstabilan keamanan di Sabah dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kawasan ladang sawit itu. Investor akan enggan menanamkan modalnya di daerah rawan konflik.

(A061/B002)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013