Di era perdagangan bebas ini kualitas barang adalah hal utama untuk bisa bersaing...."
Bantul (ANTARA News) - Kalangan perajin di sentra kerajinan gerabah dan keramik Desa Kasongan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mampu mengekspor berbagai macam kerajinan rata-rata sebanyak 80 kontainer per bulan.

"Jika dirupiahkan rata-rata tiap kontainer senilai Rp50 juta sampai Rp75 juta, tergantung kuantitas dan kualitas produk," kata Koordinator Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kasongan, Suwarjo di Bantul, Kamis.

Menurut dia, berbagai kerajinan gerabah yang diekspor itu diantaranya guci yang dibalut dengan kerang dan kaca, patung dan kerajinan sebagai hiasan luar ruangan dengan berbagai model, hiasan dan motif kembangannya.

"Ekspor ke Australia didominasi arca (patung), ke Amerika guci dengan motif antik, sedangkan ke Eropa rata-rata kerajinan dengan motif mencolok," katanya.

Sentra kerajinan Kasongan memiliki 852 perajin yang tersebar di lima pedusunan, jelasnya, dengan 200 perajin kualitas ekspor, termasuk lima perajin skala besar.

"Nilai transaksi tersebut belum termasuk pengiriman domestik karena perajin yang memproduksi kualitas menengah ke bawah sangat banyak umumnya harganya masih menjangkau wisatawan," katanya.

Tren ekspor kerajinan gerabah, kata dia, mengalami pasang surut terutama akibat krisis keuangan yang melanda Amerika dan Eropa yang berdampak pada penurunan ekspor ke negara-negara itu.

"Sejak 2008 sampai 2010 ekspor kerajinan cenderung turun terutama ke Amerika dan Eropa, namun antara 2011 hingga 2012 ekspor mulai meningkat bahkan mulai merambah ke Australia dan sebagian Asia," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya terus mendorong kalangan perajin setempat agar mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas kerajinan untuk mempertahankan pasar domestik maupun ekspor.

"Di era perdagangan bebas ini kualitas barang adalah hal utama untuk bisa bersaing dengan produk lain. Kami terus mensosialisasikan kualitas ekspor yang tentunya mengharuskan pengerjaan yang baik dengan terus menginovasi model dan motif," katanya. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013