Jakarta (ANTARA) - Petani kelapa di Desa Nusantara Jaya, Kecamatan Keritang, Indragiri Hilir, Riau membuat keripik dan virgin coconut oil (VCO) untuk mewujudkan nilai tambah dari komoditas kelapa.

Seorang petani kelapa bernama Misman mencari berbagai cara untuk membuat kelapa memiliki nilai tambah guna mencukupi berbagai kebutuhan harian.

"Satu tahun yang lalu, di bulan Juni, kami mulai mencoba membuat keripik kelapa untuk penghasilan tambahan. Alhamdulillah hingga sekarang usaha ini tetap berjalan dan mendapatkan tanggapan yang baik dari para pembeli," ujar Misman melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Dalam menjalankan usaha keripik kelapa ini, Misman bergabung bersama kelompok UMKM Sinar Nusantara Bersama yang memiliki 16 orang anggota. Kelompok ini tak sekadar menghasilkan keripik kepala, tetapi camilan lain seperti singkong dan ubi.

Misman mengatakan, dalam merintis usaha keripik kelapa, kelompoknya melakukan percobaan berkali-kali untuk mendapatkan resep yang tepat. Waktu, tenaga dan modal dicurahkan demi bisa menghadirkan produk yang digemari konsumen.

Usaha kelompok UMKM Sinar Nusantara Bersama pun membuahkan hasil. Menurut Misman, setiap bulannya ia mampu memproduksi 5 kilogram keripik kelapa, dan bisa meningkat ketika waktu-waktu tertentu.

"Misalnya ketika hari raya Idul Fitri atau hari besar lainnya, pesanan bisa mencapai 15 kilogram per bulan," kata Misman.

Misman mengakui bahwa hasil dari produksi keripik kelapa ini sangat membantu ekonomi keluarganya, terutama ketika harga panen kelapa sedang rendah.

Sebab, harga kelapa paling tinggi hanya menyentuh angka Rp3 ribu per buah. Namun ketika diolah, mampu menghasilkan 1 kilogram keripik seharga Rp80 ribu.

"Meskipun kami membutuhkan bahan-bahan lain seperti tepung, gula, dan telur, keuntungannya tetap lebih besar dibandingkan menjual buah kelapa saja," kata Misman.

Perkembangan usaha Misman tak luput dari program pemberdayaan ekonomi dari Sinar Mas Agribusiness and Food melalui PT Bumipalma Lestaripersada, yang telah mendampingi UMKM sejak awal.

Misman menjelaskan, PT Bumipalma Lestaripersada (BPLP) membentuk dan memberdayakan kelompoknya sehingga mampu menghasilkan produk bernilai jual.

Perusahaan tersebut bukan hanya mendukung penyediaan sarana produksi, tetapi juga pendampingan teknis produksi, pemasaran, manajemen organisasi, hingga urusan sertifikasi usaha.

"Program ini sangat menambah wawasan kami. Semoga ke depannya lebih banyak bimbingan dan pelatihan bagi kami untuk terus berkembang," ujarnya.

Sementara itu, petani kelapa lainnya yang mendapat dukungan dari BPLP adalah pasangan Sarifudin dan Umiyati memproduksi virgin coconut oil (VCO) dengan merek Tri Putri Barokah sejak 2021.

Sarifudin mengatakan, awalnya pembuatan VCO hanya untuk kebutuhan pribadi. Namun lantaran memiliki banyak manfaat, Sarifudin membagikannya pada orang sekitar.

Ia menyadari, kelimpahan kelapa di kebun dapat diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai jual.

"Kami ingin kelapa lebih dari sekadar makanan atau minuman yang mengenyangkan, tetapi juga menawarkan manfaat lebih besar untuk kesehatan," kata Sarifudin.

VCO sendiri memiliki berbagai manfaat antara lain, mengatasi masalah pencernaan mencegah penyakit jantung, kanker, diabetes, serta mencegah penuaan dini.

"Banyak yang mencari VCO karena manfaatnya bagi kesehatan. Saya pun telah merasakan sendiri manfaatnya untuk mengatasi penyakit lambung," kata Sarifudin.

Produksi VCO juga menawarkan keuntungan dari segi ekonomi. Dari 25 buah kelapa, dapat dihasilkan 1,5 liter VCO seharga Rp375 ribu. Biasanya VCO dikemas dalam botol kecil berukuran 100 mililiter sehingga mampu mendapat 15 botol. Tiap botol dijual dengan harga Rp25 ribu.

"Penghasilan dari VCO lebih besar dibandingkan menjual kelapa biasa," kata Sarifudin.

Head of Economic Empowerment, Sustainability, and Strategic Projects Sinar Mas Agribusiness and Food Jusupta Tarigan mengatakan bahwa perusahaan menyadari pentingnya industri kelapa bagi masyarakat Indragiri Hilir, khususnya sebagai sumber penghasilan rumah tangga.

Melalui departemen Community Economic Empowerment (CEE), pihaknya ingin turut serta memberdayakan kelompok tani agar mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

"Kami berupaya memperkuat nilai tambah, serta membantu mempromosikan dan memperluas pemasaran produk. Selain itu, kami juga meningkatkan kapasitas petani dan mendukung pembinaan kelembagaan untuk menjamin keberlanjutan usaha," ujar Jusupta.

Baca juga: Pengusaha makanan Indonesia raih Sofi Award di AS

 

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023