Lahan yang digunakan untuk model klaster budi daya ikan nila ini seluas 16 hektare.
Karawang (ANTARA) - Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budi daya (BLUPPB) Kabupaten Karawang, Jawa Barat membangun 20 kolam dalam pengembangan model klaster budi daya ikan nila.

"Lahan yang digunakan untuk model klaster budi daya ikan nila ini seluas 16 hektare," kata Kepala BLUPPB Karawang M Tahang, di Karawang, Minggu.

Di atas lahan seluas 16 hektare di kawasan BLUPPB tersebut kini tengah dikembangkan untuk pembangunan 20 kolam ikan. Terdiri atas 10 petak yang berukuran 2.000 meter persegi dan 10 petak lainnya berukuran 4.000 meter persegi.

Ia menyebutkan, dengan padat tebar 25 ekor per meter persegi dengan rata-rata berat 50 gram per ekor dan ukuran panen rata-rata mencapai 700 gram, ditargetkan akan menghasilkan total produksi 672 ton atau produktivitas 42 ton per hektare per siklus dengan masa pemeliharaan selama 150-180 hari.

"Nah, jika harga rata-rata ikan nila salin Rp 30 ribu per kilogram, maka perolehan dapat dicapai sekitar Rp20 miliar,” katanya lagi.

Ikan nila dipilih karena jenis ikan ini memiliki keunggulan pertumbuhan yang lebih cepat, sehingga dapat dipanen lebih cepat dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit.

“Menurut saya budi daya ikan nila salin sangat prospek untuk dikembangkan, mengingat jenis ikan ini lebih mudah dipelihara dan harga jual yang relatif lebih baik,” kata Tahang.

Saat ini pihaknya terus berupaya menggenjot produksi benih ikan nila jenis unggul yang telah melewati penyesuaian secara bertahap selama masa pertumbuhannya, sehingga dapat hidup di air payau.

Selain itu, ikan nila juga saat ini semakin diminati masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan permintaan pasar meningkat tinggi.

Direktur Jenderal Perikanan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan TB Haeru Rahayu, saat meninjau model klaster budi daya ikan nila di Karawang, Sabtu, menyampaikan, selain untuk konsumsi lokal, permintaan terhadap komoditas ikan nila untuk ekspor terutama dari Amerika Serikat juga tinggi khususnya dalam bentuk filet. Oleh karenanya ukuran panen diatur rata rata 700 gram per ekor.

Disebutkan, model budi daya ikan nila ini juga diharapkan dapat memicu kegiatan ekonomi dan tentunya secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hal yang menjadi tantangan bersama, kata dia, yaitu bisa terus meyakinkan masyarakat agar mereka tetap tertarik membudidayakan ikan nila salin sesuai dengan kaidah kaidah Best Aquaculture Practices (BAP) atau Cara Budi daya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB).

Sementara itu, pembangunan modeling itu dilakukan hingga dua bulan ke depan, karena areal tambak di BLUPPB sebelumnya dimanfaatkan untuk budi daya udang.

Pada Oktober ditargetkan selesai pembangunannya. Selanjutnya dilakukan penebaran benih. Kemudian akan panen pada Maret atau April tahun depan (2024). 
Baca juga: KKP canangkan Kampung Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Jabar
Baca juga: KKP bangun modelling klaster budi daya ikan nila salin di Karawang

Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023