Obesitas termasuk salah faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) yang apabila tidak segera dikendalikan dapat meningkatkan kejadian penyakit tidak menular lainnya seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, dan sebagainya.
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tidak pernah bosan mengingatkan masyarakat akan pentingnya gerakan melawan obesitas karena dinilai sebagai salah satu permasalahan yang mengakar di Indonesia.
 
Layaknya hidup, manusia perlu mengerti dengan cepat mengenai situasi ataupun permasalahan yang ada (cerdik) dan berperilaku sesuai aturan (patuh).
 
Setiap orang, perempuan maupun laki-laki pasti menginginkan bentuk tubuh yang ideal. Tak hanya bentuk fisik yang bagus, tapi juga kesehatan yang prima.
 
Oleh karena itu, Pemprov DKI terus berupaya mencegah dan mengatasi masalah obesitas dengan giat menyosialisasikan gerakan CERDIK yaitu Cek Kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres).

Dan jika mengalami obesitas, masyarakat diharapkan untuk melakukan gerakan PATUH yaitu Periksa Kesehatan secara rutin, Atasi penyakit dengan pengobatan tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi seimbang, Upayakan aktivitas fisik dengan aman, dan Hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya.

"Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama," kata Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati.
 
Pada umumnya, obesitas dilihat berdasarkan cara pengukurannya, yaitu obesitas yang diukur berdasarkan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Obesitas Sentral yang diukur berdasarkan lingkar perut.
 
Penyebab obesitas terbagi menjadi dua, pertama faktor genetik yakni riwayat keluarga (orang tua dan saudara kandung). Kedua, faktor lingkungan yakni pola makan, asupan energi yang berlebih, serta konsumsi gula, garam, lemak yang tinggi, pola aktivitas fisik, dan sedentary lifestyle (jarang berolahraga dan kurang aktivitas fisik) yang menyebabkan energi yang dikeluarkan kurang maksimal.

Baca juga: PAPDI: Obesitas punya 4 klasifikasi dengan dampak berbeda
 
 
Ilustrasi - Tubuh dengan lemak yang berlebihan. ANTARA/HO-Sutterstock


Obesitas termasuk salah faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) yang apabila tidak segera dikendalikan dapat meningkatkan kejadian penyakit tidak menular lainnya seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, dan sebagainya.
 
Upaya dan program yang dilaksanakan Pemprov DKI Jakarta untuk mencegah obesitas antara lain sebagaimana Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 25 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Aplikasi AKU BUGAR untuk skrining faktor risiko PTM baik secara mandiri maupun oleh tenaga Kesehatan berbasis android dan web.
 
Upaya lain juga dilakukan melalui kolaborasi Pentahelix seperti Pemerintah, organisasi profesi atau akademisi, swasta, media dan komunitas hingga masyarakat, pembentukan dan pembinaan Agent of Change (agen perubahan) PTM dari Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD), instansi pendidikan ataupun universitas swasta.
 
Kemudian, meningkatkan wawasan petugas kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit, melakukan sosialisasi skrining faktor risiko PTM melalui kegiatan strategis daerah, dan promosi kesehatan melalui media sosial Dinkes DKI Jakarta.
 
Selain itu ada tantangan kesehatan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat umum di Provinsi DKI Jakarta, seperti 6.000 langkah, 10.000 langkah, dan downgrade (turunkan) Ukuran Bajumu Tahun 2023.
 
Pemprov DKI juga berupaya melakukan uji coba deteksi dini serta intervensi gizi lebih dan obesitas pada anak usia sekolah secara terintegrasi.

Baca juga: Dinkes Tangerang optimalkan posbindu di 419 titik atasi obesitas
 
Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat Dr. dr. Tan Shot Yen menilai bahwa masyarakat perlu memperhatikan pencegahan obesitas sejak usia dini. Penyebab obesitas lebih dari 70 persen berasal dari pola makan dan gaya hidup yang tidak baik.
 
Obesitas dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan dengan risiko diabetes, hipertensi, sindrom metabolik, dan beberapa jenis kanker hingga keropos tulang.
 
Karena itu, empat pilar gizi seimbang penting bagi pencegahan obesitas, yaitu menerapkan pola hidup aktif dan berolahraga, mengonsumsi makanan dengan beraneka ragam, menjaga berat badan ideal, dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Obesitas anak usia sekolah dan remaja
 
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melalui seluruh Puskesmas setempat rutin melakukan penjaringan kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja yang mencakup pemeriksaan kesehatan pada seluruh anak usia sekolah dan remaja berusia 7-15 tahun.
 
Berdasarkan hasil skrining penjaringan kesehatan 2022 pada anak dan remaja usia 7-15 tahun di wilayah administrasi DKI Jakarta, sebanyak 59.657 orang (3,64 persen) mengalami kelebihan berat badan, sedangkan 14.784 orang (0,90 persen) mengalami obesitas.
 
Angka tersebut lebih tinggi jika dilihat berdasarkan hasil skrining pada triwulan satu 2023, yang mana sebanyak 34.443 orang (7,86 persen) mengalami kelebihan berat badan, sementara 10.059 orang (2,29 persen) mengalami obesitas.
 
Berdasarkan Sistem Pencatatan dan Pelaporan DKI Jakarta pada Skrining Usia Produktif pada penduduk usia 15-59 tahun di Provinsi DKI Jakarta pada 2022, dari sebanyak 7.517.221 penduduk yang diskrining, ditemukan 2.293.357 orang (30,51 persen) dengan obesitas (berdasarkan IMT).
 
Lalu untuk obesitas sentral, dari sebanyak 7.517.221 penduduk yang diskrining, ditemukan 2.605.500 orang (34,66 persen) dengan obesitas sentral.

Baca juga: Dokter ingatkan makin gemuk seseorang makin tinggi risiko komplikasi
 
Untuk mencegah peningkatan persentase anak usia sekolah dan remaja dengan obesitas, diperlukan tindak lanjut hasil pemeriksaan kesehatan yang mencakup rujukan ke puskesmas, pemantauan oleh guru dan orang tua/pendamping, serta perencanaan dan pengembangan program yang tepat dan terarah dengan melibatkan lintas sektor terkait.
 
Kegiatan penjaringan di sekolah/madrasah negeri atau swasta termasuk sekolah luar biasa (SLB) maupun di luar sekolah (pondok pesantren, panti, lapas)  dilakukan untuk mendeteksi dini masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses belajar dan tumbuh kembang anak, sehingga dapat ditindaklanjuti dengan segera.
 
Salah satu pemeriksaan yang dilakukan dalam penjaringan kesehatan yakni pemeriksaan status gizi, sehingga kondisi awal status gizi yang termasuk sangat kurus, kurus, gemuk, dan obesitas pada anak usia sekolah dan remaja di Provinsi DKI Jakarta dapat diketahui dari hasil penjaringan kesehatan anak usia sekolah dan remaja.

Dengan seluruh upaya tersebut yang dibarengi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup sehat diharapkan dapat mencegah obesitas di DKI Jakarta.

Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023