Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi Pemusnahan Senjata Massal Perserikatan Bangsa-Bangsa (WMDC), Hans Blix, menilai bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dapat berperan untuk menyelesaikan isu perlucutan senjata nuklir Korea Utara (Korut). "Saya rasa Presiden anda akan berkunjung ke Korea Utara sangatlah memberikan harapan. Dia mungkin akan memiliki pengaruh untuk memediasi apa yang terjadi di Korea Utara sekarang," kata Blix usai bertemu Presiden Yudhoyono di Kantor Kepresidenan RI, Jakarta, Selasa. Kepada Yudhoyono, Blix menyerahkan laporan WMDC yang bertajuk "Weapons of Terror" (senjata-senjata teror) yang berisi sejumlah rekomendasi WMDC atas penghapusan senjata pemusnah masal, baik nuklir, kimia atau pun biologi. Blix mengatakan, pembahasan masalah nuklir Korut telah lebih maju dibandingkan dengan masalah nuklir Iran, namuan ia pun mengingatkan bahwa Korut telah melakukan tindakan yang lebih jauh terkait dengan senjata nuklirnya. "Mereka mungkin sekarang sedang menguji peluru kendali. Jadi, sangatlah penting dan segera bahwa mereka harus kembali ke meja perundingan di Beijing," ujarnya. Kantor berita Korea Selatan (Korsel), Yohnap, pada akhir pekan lalu melaporkan bahwa Korut akan meluncurkan uji-coba misil balistik jarak jauhnya pada akhir pekan ini. Blix mengungkapkan, dalam pertemuannya dengan Presiden Yudhoyono juga membahas mengenai peran yang bisa dimainkan Indonesia dalam hal perlucutan senjata. Keduanya mendiskusikan isu yang berkiatan dengan Korut, Iran, AS dan Indonesia dalam hal kerjasama mengenai nuklir. Menurut Blix, Indonesia secara tradisional memainkan peranan yang baik dalam hal perlucutan senjata dan memediasi kekuatan-kekuatan dunia. "Kita tidak memerlukan sebuah senjata nuklir untuk menjadi negara yang besar, dan saya rasa Indonesia menjadi contohnya dan mempunyai tempat yang baik untuk berpartisipasi dalam membimbing dunia keluar dari kemandekan dalam hal perlucutan senjata," ujar Blix. Mantan Menteri Luar Negeri Swedia itu pun menambahkan, "Negara anda memiliki tempat yang baik untuk berperan, dan negara saya akan dengan senang hati akan mengambil bagian." (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006