Data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan bahwa siklus pengetatan dari Fed sejauh ini memiliki efek yang diinginkan dalam memoderasi tekanan harga-harga
Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah inflasi AS dan data ekonomi memicu harapan bahwa Federal Reserve mungkin memiliki lebih sedikit kenaikan suku bunga dan angka perdagangan China menunjukkan impor minyak bulanan di rekor tertinggi kedua pada Juni.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 21 sen atau atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 80,32 dolar AS per barel pada pukul 06.30 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 13 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 75,88 dolar AS per barel.

Data AS pada Rabu (12/7/2023) menunjukkan harga konsumen naik moderat pada Juni, mencatat kenaikan tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun. Pasar memperkirakan satu lagi kenaikan suku bunga, tetapi pedagang minyak berharap mungkin itu terjadi karena suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

"Data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan bahwa siklus pengetatan dari Fed sejauh ini memiliki efek yang diinginkan dalam memoderasi tekanan harga-harga," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG, menambahkan ini telah memberikan lingkungan "risk-on" untuk harga-harga minyak.

"Beberapa keuntungan mengejar ketinggalan tampaknya sedang dimainkan, dengan dolar AS yang lesu dan beberapa tindak lanjut dalam harapan stimulus China akhir-akhir ini memberikan katalis buat sentimen bearish untuk bersantai," kata Yeap.

Sementara itu, impor minyak mentah China pada Juni mencapai 52,06 juta metrik ton, atau 12,67 juta barel per hari (bph), melonjak 45,3 persen pada tahun ini dan mencapai angka bulanan tertinggi kedua dalam catatan, menurut data bea cukai yang dirilis pada Kamis.

Impor minyak mentah untuk Januari-Juni naik 11,7 persen menjadi 282,1 juta metrik ton, sementara ekspor produk minyak olahan untuk Januari-Juni naik 44,7 persen menjadi 31,31 juta metrik ton, data bea cukai menunjukkan.

Namun, pertumbuhan ekonomi global yang lamban, perdagangan dunia yang melambat dan investasi serta risiko geopolitik terus berdampak pada perdagangan China, Lv Daliang, juru bicara Administrasi Umum Bea Cukai, mengatakan pada Kamis.

Faktor lain yang membatasi kenaikan harga adalah laporan Badan Informasi Energi AS tentang peningkatan stok minyak mentah AS yang jauh lebih besar dari perkiraan hampir 6 juta barel minggu lalu.

Persediaan bensin sebagian besar tetap tidak berubah pada 219,5 juta barel selama minggu liburan Empat Juli, situasi yang "hampir tidak pernah terdengar," kata Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures.

Para analis memperkirakan penarikan besar stok bensin karena pengemudi turun ke jalan untuk perjalanan liburan.

Baca juga: Minyak menguat di awal perdagangan Asia karena inflasi AS mendingin
Baca juga: Minyak stabil di Asia, kekhawatiran ekonomi imbangi pemotongan pasokan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023