Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Novitria Dwinanda menyatakan bahwa program pengentasan stunting yang jadi salah satu program prioritas pemerintah saat ini amat penting untuk mencegah IQ anak bangsa mengalami penurunan.

“Sebenarnya alasan yang menyebabkan semua orang takut pada stunting, itu bukan karena pendeknya. Ternyata dibalik pendek ini pertumbuhan otaknya (jadi terganggu), itu yang ditakutkan,” kata Novitria dalam Siaran Radio Kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Novitria menuturkan waktu emas (golden period) atau yang lebih dikenal sebagai 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan rentang waktu genting bagi pertumbuhan sel-sel di dalam otak anak. Selama masa tersebut, sekitar 80 persen jaringan di dalam otak akan terbentuk hingga usia anak mencapai dua tahun.

Apabila dalam masa 1.000 HPK seorang anak terindikasi atau dicurigai terkena stunting, tidak hanya tinggi badannya yang akan terganggu, melainkan pertumbuhan otaknya juga tidak bisa berjalan optimal dan IQ anak menurun.

Ia menekankan tinggi badan pada anak stunting, masih mempunyai kesempatan untuk dikoreksi dengan mendapat tata laksana yang tepat oleh dokter spesialis anak. Misalnya dari mengukur jumlah takaran kalori atau asupan protein yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Baca juga: Ahli: Seruan kemenkes cegah stunting lewat protein hewani sudah tepat

Namun terkait dengan kecerdasan yang menurun, belum tentu dapat dikembalikan seperti sedia kala. Masalah ini, nantinya juga akan memunculkan sebuah jarak (gap) antar generasi dengan kualitas penduduk yang tidak produktif, sehingga menghambat negara untuk berkembang di masa depan.

“Itulah yang kami semua baik para dokter dan Kementerian Kesehatan takutkan (kalau IQ turun). Kami semua membaca itu, kalau anak stunting sekarang dan kita tidak perbaiki, nanti 20-40 tahun ke depan itu akan ada jarak dimana kita tidak produktif, semua IQ jadi rendah dan kita kalah dari negara lain, artinya perekonomian kita jadi rendah,” katanya yang bekerja di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional itu.

Menurutnya, stunting harus dientaskan sejak saat ini mengingat dampaknya yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. Ia menyarankan bagi semua bayi yang telah lahir untuk secara rutin di bawa ke posyandu supaya dapat diukur tumbuhkembangnya oleh kader posyandu.

Pengukuran yang mencakup ukur tinggi badan, berat badan sampai lingkar kepala itu bermanfaat agar pemberian tata laksananya dapat segera diberikan oleh dokter spesialis, begitu status gizinya sudah diukur oleh kader puskesmas.

Selain itu bila datang ke posyandu, orang tua bisa diajari cara membaca grafik tumbuh kembang anak, beserta edukasi berguna lainnya melalui buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

“Kemudian bagi ibu-ibu, pastikan mengonsumsi makanan yang bergizi, dan mengontrol kehamilannya. Berat badan ibu dan janin harus diukur, konsumsi asam folat agar mencegah anemia, dan pastikan nanti pemberian ASI eksklusif berjalan baik,” ucapnya.

Baca juga: BKKBN Lampung: Penapisan kesehatan calon pengantin bisa cegah stunting
Baca juga: Konsultan nutrisi paparkan porsi makan yang tepat untuk cegah stunting


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023