Ide tersebut juga diuji kelayakannya, apakah idenya masuk akal, atau hanya ide khayalan yang tidak dapat dibuktikan dengan sains
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) RI memaparkan tahapan dalam melakukan riset, agar riset yang dilakukan dapat diterima dan bermanfaat bagi orang banyak.

"Pertama, idenya dahulu, apakah idenya bagus? Lalu kemudian diidentifikasi manfaatnya," kata Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Haznan Abimanyu dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
 
Haznan mengatakan, ide tersebut juga diuji kelayakannya, apakah idenya masuk akal, atau hanya ide khayalan yang tidak dapat dibuktikan dengan sains.
 
Kemudian, sambungnya, ide akan dikaji sesuai literatur pendukungnya, supaya riset terkait ide tersebut dapat dilakukan.
 
"Dalam riset, ada percobaan berulang-ulang sampai berhasil," ujarnya.
 
Jika riset tersebut berhasil, sambungnya, maka kemudian akan dikaji ulang jika inovasi tersebut merupakan inovasi dalam bidang teknologi.
 
"Misalkan, inovasinya berupa bahan bakar kendaraan, (harus diuji) apakah produk yang kita ciptakan, menghasilkan energi lebih besar dibandingkan energi yang digunakan untuk memproduksi bahan bakar tersebut?," tuturnya.
 
Selain itu, sambungnya, kajian juga dilakukan dengan melihat faktor lainnya, seperti dampak dari produk yang diciptakan, kemungkinan komersialisasi produk ciptaannya, hingga nilai keramahan lingkungan dan ekonomi dari produk tersebut.
 
Dia juga menyebutkan, sertifikasi terkait produk yang dihasilkan juga perlu dilakukan, sehingga produk lebih dapat dipertanggungjawabkan.
 
"Seperti halnya obat-obatan, kalau mau digunakan untuk umum, maka harus ada sertifikasi," kata Haznan Abimanyu.

Baca juga: BRIN dukung inovasi masyarakat melalui fasilitasi inovasi akar rumput
Baca juga: BRIN tepis tuduhan soal membuntuti penemu Nikuba ke Italia
Baca juga: BRIN sebut panen air sebagai bentuk adaptasi terhadap anomali iklim

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023