Memang dalam konteks elektoral dukungan Presiden Jokowi kurang begitu mendapatkan impact yang signifikan
Jakarta (ANTARA) - Hasil survei Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) mengungkapkan bahwa hanya 19,3 persen dari 1.400 responden yang mengaku bakal mengikuti calon presiden (capres) pilihan Presiden RI Joko Widodo.

"Memang dalam konteks elektoral dukungan Presiden Jokowi kurang begitu mendapatkan impact yang signifikan, praktis ada sekitar 19,3 persen yang akan mengikuti pilihan Presiden Jokowi," ujar Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam dalam Rilis Surnas "Keberlanjutan vs Perubahan: Dinamika Peta Politik Menuju Pemilu 2024", Jakarta, Jumat.

Ahmad menyebutkan sekitar 56,6 persen memilih tidak akan mengikuti capres pilihan Jokowi. Lalu, ada 21 persen masih bimbang dan 3,1 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

"Nah yang bimbang ini bisa masuk ke yang akan ikut Presiden Jokowi atau sebaliknya yang tidak akan ikut. Tampaknya, hal ini masih dipengaruhi oleh ketidakjelasan dari positioning dari presiden itu sendiri," jelasnya.

Hal ini juga sejalan dengan data lain yang didapat Indostrategic mengenai cawe-cawe Presiden Jokowi terkait Pilpres 2024. Pasalnya, sebanyak 64,4 persen menilai Jokowi sebaiknya bersikap netral dalam Pilpres 2024.

"Mayoritas masyarakat sekitar 64,6 persen responden berharap Presiden Jokowi bisa bersikap netral," kata dia.

Baca juga: Survei Indostrategic: PDI Perjuangan pimpin elektabilitas parpol
Baca juga: Jokowi semangati Ganjar: Semangat berjuang untuk menang


Kemudian, sebanyak 15,5 persen responden lainnya yang mengaku sebaiknya Presiden Jokowi bersikap abu-abu dan 16,4 responden justru mendukung Presiden sebaiknya berpihak.

Meski begitu, menurut dia, data itu tidak serta merta membuat poros perubahan di atas angin. Sebab, 56,2 persen responden masih memilih capres-cawapres yang mengusung semangat keberlanjutan.

"Mayoritas responden akan memilih capres-cawapres yang mengusung tema keberlanjutan, sedangkan 43,1 persen memilih capres-cawapres yang mendukung tema perubahan," ucap Ahmad.

Ia mengingatkan angka tersebut tidak jauh berbeda dari perolehan suara dalam Pilpres 2014 maupun Pilpres 2019.

"Ketika narasi tentang keberlanjutan tentunya sama. Waktu itu, Presiden Jokowi menjadi petahana meraih 55 persen dan Prabowo meraih 45 persen," tambahnya.

Selain itu, dalam konteks narasi, peta keberlanjutan kontra peta perubahan, jika dibelah menjadi dua angkanya tidak jauh berbeda. Namun, tetap ada yang perlu diantisipasi dari 56 persen itu.

"Angka 56 persen tidak jadi angka tunggal karena gerbong keberlanjutan per hari ini terbagi menjadi dua gerbong yaitu pendukung Prabowo dan pendukung Ganjar," pungkas dia.

Adapun tokoh-tokoh nasional yang identik dengan semangat perubahan, yaitu Anies Baswedan 27,7 persen, Prabowo Subianto 24,4 persen, Agus Harimurti Yudhyono (AHY) 12 persen, Mahfud Md 11,4 persen, Surya Paloh 8,4 persen, Ahmad Syaikhu 2,6 persen, Sandiaga Uno 2,3 persen, Salim Segaf Al-Jufri 1,3 persen, TT/TJ 6 persen dan Lainnya 3,9 persen.

Survei tersebut dilakukan pada 9-20 Juni 2023 dengan teknik pengambil sampel survei ini yakni multi-stage random sampling.

Terdapat 1.400 responden dari 38 provinsi dari seluruh Indonesia yang mempunyai hak memilih atau sudah menikah. Teknik pengambilan data dalam survei itu adalah wawancara tatap muka dan batas kesalahan (margin of error) 2,62 persen.

Baca juga: Pengamat nilai pertemuan AHY-Puan positif
Baca juga: PDIP tegaskan Jokowi tak dukung Prabowo pada Pemilu 2024

 

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023