saya puas dengan angka TFR  2,1 tapi yang bikin tidak puas karena tidak rata
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut bahwa aturan yang diambil pemerintah untuk menjaga angka kelahiran total (TFR) tetap ideal tidak bisa dipukul rata di semua daerah Indonesia.

“Lagi-lagi ini masalah pembangunan. Kalau kita lihat memang semakin ke sini pembangunan makin membaik, tapi kalau kita membuat suatu kebijakan (apalagi terkait TFR), tidak hanya satu untuk semua,” kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto di Jakarta, Sabtu.

Boni menuturkan rata-rata TFR secara nasional sudah 2,18 berdasarkan Long Form Sensus Penduduk 2020 BPS. Angka tersebut dinilai sudah baik oleh pemerintah. Namun memang masih terjadi kesenjangan angka TFR antarprovinsi.

Untuk mempertahankan TFR tetap ideal, Boni mengatakan pemerintah perlu menghormati local wisdom (kearifan lokal) dan pertumbuhan penduduk di masing-masing daerah. Implementasi tiap program yang dijalankan secara menyeluruh tidak boleh menyimpang dari kebutuhan daerah.

“Contoh di Kalimantan, perlu tidak penduduknya ditambah agar lebih banyak lagi? Mungkin tidak asalkan kita bisa membuat mereka menikmati semua akses, kualitasnya sama dengan daerah lain dan punya kesempatan yang sama. Di Jawa apakah (anaknya) banyak? kalau potensinya cukup, tidak apa-apa, tidak harus kita pindahkan ke Kalimantan atau Papua,” katanya.

Baca juga: Kepala BKKBN: Angka kelahiran total di Indonesia alami disparitas
Baca juga: BKKBN : Pemprov Kalteng perhatikan angka kelahiran total masih tinggi


Dikonfirmasi secara terpisah, sebelumnya Kepala BKKBN Hasto Wardoyo juga mengakui bila TFR di Indonesia mengalami kesenjangan antarprovinsi. Akibatnya beberapa keluarga tercatat mempunyai anak lebih dari dua.

Sejumlah penyebabnya pun diketahui karena akses terhadap alat kontrasepsi yang masih sulit dinikmati masyarakat, terutama di daerah perifer (jauh dari pusat), bisa juga karena perekonomian yang rendah.

Penyebab lainnya adalah masih ada golongan masyarakat yang menjadikan hubungan seks sebagai rekreasi, akibat dari kemungkinan tidak adanya wadah hiburan lain yang bisa didapatkan.

“Saya puas dengan angka TFR  2,1 tapi yang bikin tidak puas karena tidak rata. Ada yang masih 2,5 ada 2,7 tapi ada juga yang sudah 1,9. Itu tidak rata, itu saja saya belum puas, meskipun kita sudah 2,1 yang terbaik itu harus merata,” katanya.

Baca juga: Angka Total Fertilitas Kelahiran Stagnan Selama 2002-2007
Baca juga: BKKBN: Anggaran layanan KB disediakan untuk turunkan angka kelahiran
Baca juga: BKKBN: Kebutuhan KB tak terpenuhi di Bali tinggi meski TFR rendah

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023