Sydney (ANTARA) - Dolar AS yang terpukul mengambil jeda di awal sesi Asia pada Senin pagi, setelah mengalami penurunan mingguan terburuk tahun ini, karena para pedagang menunggu data ekonomi dan keputusan kebijakan sebelum menjualnya lebih jauh.

Data pertumbuhan China dan pengaturan suku bunga pinjaman akan dirilis di akhir sesi, menjelang data penjualan ritel AS dan inflasi Inggris akhir pekan ini dan sejumlah pertemuan bank sentral pekan depan.

Euro, yang melonjak 2,4 persen minggu lalu ke level tertinggi 16 bulan, bertahan tepat di bawah puncaknya di 1,1228 dolar. Yen, juga naik 2,4 persen minggu lalu, bertahan di 138,69 per dolar.

Penurunan dolar dimulai dengan pembelian yen, karena investor melepas posisi yang didanai yen di pasar negara berkembang, tetapi meluas tajam setelah data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan memberikan dukungan untuk bertaruh bahwa suku bunga AS akan segera mencapai puncaknya.

Baca juga: Dolar menguat setelah penurunan tajam, tapi tren pelemahan berlanjut

Kenaikan suku bunga diperkirakan dari Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa minggu depan, tetapi di luar itu pasar memperkirakan Fed kemungkinan akan berhenti, sebelum pemotongan tahun depan, sementara di Eropa kenaikan lain mungkin berlanjut.

"Pasar valas berada di depan kemungkinan normalisasi kebijakan Fed pada 2024," kata Chris Weston, kepala penelitian di broker Pepperstone di Melbourne.

"Pertanyaannya kemudian adalah apakah aksi jual dolar sudah terlalu jauh dan kita berisiko mengalami pembalikan rata-rata awal pekan ini."

Indeks dolar AS turun 2,2 persen minggu lalu, penurunan satu minggu tertajam sejak November, dan stabil di 99,956 di awal sesi Asia pada Senin pagi.

Baca juga: Dolar di terendah 15 bulan, pasar bertaruh Fed dekati akhir kenaikan

Dolar Australia telah kembali dari puncak minggu lalu di 0,6895 dolar AS untuk diperdagangkan di 0,6830 dolar AS pada Senin dan juga di 0,6364 dolar AS untuik dolar Selandia Baru berada di bawah puncak lima bulan pada Jumat (14/7/2023) di 0,6412 dolar AS.

Mara uang antipodean bisa menghadapi tekanan jika data China mengecewakan. Di tempat lain pergerakan dolar begitu besar sehingga jeda jangka pendek mungkin dilakukan.

Kenaikan tajam dalam yen telah melambat karena para pedagang menimbang apakah Bank Sentral Jepang yang ultra-dovish benar-benar kemungkinan akan melakukan perubahan pada pertemuan kebijakannya minggu depan, mengingat retorika menunjukkan mereka tidak terburu-buru.

Krona Swedia dan Norwegia menghasilkan keuntungan lebih dari 5,0 persen terhadap dolar minggu lalu. Pada 1,3089 dolar sterling diparkir tepat di bawah puncak 15 bulan minggu lalu.

"Dolar mungkin tetap berada di belakang karena pasar memposisikan dirinya sendiri untuk Fed yang kurang hawkish," kata kepala strategi valas Rabobank, Jane Foley.

"Konon, prospek untuk beberapa bulan terakhir tahun ini kurang jelas," katanya.

"Pada saat itu bank-bank sentral utama lainnya termasuk ECB juga kemungkinan akan mencapai tingkat kebijakan puncak mereka ... karena itu dinamika suku bunga dapat berayun kembali mendukung dolar."

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023