Langkah AS itu guna mengawasi jalur perairan utama di kawasan tersebut menyusul gangguan dan penyitaan oleh Iran terhadap kapal komersial dalam beberapa bulan terakhir.
Pada Mei, Gedung Putih mengumumkan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden akan mengambil sejumlah langkah di kawasan tersebut tanpa menyebutkan secara spesifik.
"(Pentagon) memperkuat kehadiran dan kemampuan kami untuk mengawasi (Selat Hormuz) dan perairan sekitar," kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh kepada wartawan.
Belum diketahui pasti di mana jet tempur itu akan ditempatkan dan berapa lama mereka berada di kawasan.
Awal Juli ini, Angkatan Laut AS mengatakan turut mencegah Iran menyita dua tanker komersil di Teluk Oman.
Baca juga: AS sanggah berdiskusi dengan Iran soal kesepakatan nuklir
Sejak 2019, telah terjadi sederet serangan terhadap ekspedisi di perairan Teluk yang strategis di tengah ketegangan antara AS dan Iran.
Sekitar seperlima minyak mentah dunia dan produk minyak melintasi Selat Hormuz, jalur perairan yang menyempit antara Iran dan Oman.
Sejak perjanjian nuklir Iran 2015 kandas, hubungan Iran dan negara-negara Barat memburuk selama setahun terakhir sehingga membuat Washington dan para sekutunya mencari cara untuk meredakan ketegangan.
Jika langkah meredakan ketegangan itu terwujud antara Iran dan negara-negara Barat, maka hal tersebut dapat menjadi cara untuk menghidupkan kembali semacam batasan nuklir.
Dampak mundurnya mantan Presiden AS Donald Trump dari perjanjian nuklir 2015 dan Presiden Joe Biden tidak dapat menghidupkan kembali pakta tersebut, Iran dapat memproduksi bahan fisil untuk satu bom dalam 12 hari atau lebih, menurut taksiran AS.
Iran membantah mencari senjata nuklir, yang dianggap Barat sebagai ancaman bagi Israel dan negara-negara penghasil minyak di Teluk Arab.
Baca juga: Iran sebut opini publik AS terhadap Israel telah berubah
Baca juga: Iran tuding Angkatan Laut AS dukung penyelundupan BBM di Teluk Persia
Sumber: Reuters
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023