... ini merupakan kontrak terbesar yang pernah dibuat... "
Toulouse, Prancis (ANTARA News) - Perusahaan manufaktur pesawat asal Prancis, Airbus Industrie, menepis asumsi  terjadi kondisi oversupply (pasokan berlebih) terhadap pemesanan pesawat komersial dari seluruh dunia.

"Sangat sukar menyebutkan terjadi oversupply pesawat; karena memang terjadi pertumbuhan pasar besar-besaran untuk perjalanan udara," kata CEO Airbus, John Leahy, dalam konferensi pers di pusat pembuatan pesawat Airbus Industrie di Toulouse, Prancis, Senin.

Leahy mengingatkan, pertumbuhan industri penerbangan selalu berlipat dua kali setiap 15 tahun. Indonesia mengalami hal itu; sejak empat tahun terakhir, pertumbuhan industri penerbangan dalam negeri diperkirakan 11 persen setahun. 

Menurut dia, kawasan paling pesat pertumbuhannya saat ini adalah Asia-Pasifik. "Pasar tradisional" penerbangan dunia, Eropa dan Amerika Serikat, sedang lesu darah terimbas krisis keuangan parah di sana. 
"Sejak krisis, Asia-Pasifik mulai berkembang pesat," katanya.

Selain itu, ia mengingatkan, pertumbuhan ekonomi global pada saat ini akan terus didorong negara-negara bertumbuh, di antaranya Indonesia, yang tingkat pertumbuhan ekonominya sekitar 6,2 persen setahun selama dua tahun terakhir.

Indonesia menghenyakkan perhatian penerbangan internasional sejalan pemesanan besar-besaran pesawat terbang Airbus oleh Lion Air. Maskapai penerbangan nasional ini memesan 234 pesawat terbang Airbus A320 series dengan nilai pembelian 24 miliar dolar Amerika Serikat (Rp240 triliun, sementara APBN 2013 sebesar Rp1.300 triliun).

"Kontrak sebesar 234 pesawat Airbus ini merupakan kontrak terbesar yang pernah dibuat," kata Presiden Prancis, Francois Hollande, penandatanganan pemesanan jadi pesawat antara Airbus dengan Lion Air, di Champs du Elysee, Paris, Prancis, Senin (18/3).

Sementara itu, CEO Lion Air, Rusdi Kirana, mengatakan, pemesanan 234 pesawat itu terdiri atas 109 unit A320Neo, 65 unit A321Neo, dan 60 unit A320Neo. "Ini adalah pemesanan pesawat Airbus pertama Grup Lion Air dan merupakan pemesanan terbesar yang pernah dilakukan Lion Air," katanya.

Lion Air selama ini memakai pesawat terbang buatan Boeing Company dan ATR dari Prancis. Dengan Boeing, Lion Air memesan pasti pesawat terbang Boeing B-737-900ER senilai 22,1 miliar dolar Amerika Serikat.

Namun, dari kedua kontrak gigantis ini, tidak ada keharusan bagi Airbus ataupun Boeing untuk membuat sebagian komponennya di Indonesia.

CEO Airbus Industrie, Fabrice Berger, mengatakan, pemesanan besar itu menekankan posisi tipe Airbus A320 sebagai pemimpin pasar yang terus menarik pelanggan baru.

Saat ini, pesawat Airbus tipe A320 telah dipesan dan lebih dari 5.400 unit telah dikirimkan ke lebih dari 380 pelanggan dan pengguna di seluruh dunia. Kondisi ini belum menyamai Boeing B-737 seri klasik (seri 100 - seri 400) yang laku keras di dunia.

(M040)

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013