Banda Aceh (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan agar pemerintah daerah di Aceh untuk mengelola sumber air dengan baik, sebagai langkah antisipasi dampak kekeringan akibat fenomena perubahan iklim El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda (SIM) Nasrol Adil, Senin, mengatakan langkah antisipasi melalui pengelolaan sumber air itu sangat penting dilakukan, terutama untuk wilayah seperti sungai Jamboe Ayee dan Peusangan di Bener Meriah, sungai Tamiang di Aceh Tamiang, sungai Alas di Aceh Tenggara serta sungai lainnya.

“Kita mengharapkan pemerintah untuk bekerjasama dengan masyarakat, pengusaha, akademisi untuk pengelolaan sumber daya air ini dalam rangka menyimpan air, jangan terbuang begitu saja hingga ke laut,” kata Nasrol di Banda Aceh.

Menurut dia, kesiapan pemerintah dalam menyimpan sumber air ke depan sangat diharapkan dalam menghadapi kurangnya tingkat penguapan masa udara di wilayah Aceh, sehingga curah hujan berkurang.

“Potensi sumber air ini harus dikelola baik, baik dengan sistem buka tutup irigasi, bendungan atau bentuk pengelolaan dengan cara lain,” ujarnya.

Fenomena El Nino dipengaruhi oleh suhu muka laut di Samudera Pasifik dan IOD dipengaruhi suhu di Samudera Hindia, dimana keduanya terjadi bersamaan pada musim kemarau tahun ini.

Nasrol menilai pengaruh El Nino memang lebih besar terjadi di wilayah seperti Jawa, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan sebagian Kalimantan. Sedangkan untuk Aceh, tidak begitu parah.

Dalam dua pekan terakhir, kata Nasrol, sejumlah daerah di Aceh juga telah menunjukkan kondisi kurangnya curah hujan, terutama wilayah Aceh bagian timur, utara, tenggara, hingga Pidie dan Pidie Jaya bagian utara.

Baca juga: BMKG imbau waspada angin kencang di Perairan Larantuka dan Lewoleba

Apalagi pada Agustus 2023, menurut dia, wilayah Aceh juga mengalami pendinginan suhu muka laut sehingga akan berdampak pada berkurangnya potensi curah hujan di wilayah Tanah Rencong itu.

“Artinya kita akan mengalami kekurangan masa uap air pada Agustus-September, dan sedikit di Oktober. Posisi El Nino, BMKG memprediksikan lemah dan dapat berkembang menjadi El Nino moderat,” ujarnya.

Di sisi lain, BMKG memprediksikan Aceh juga berpotensi mengalami hari tanpa hujan selama periode 21 Juli - 31 Agustus. Namun, potensi tersebut masih sangat kecil untuk hari tanpa hujan periode 5 hingga 15 hari, yakni di bawah 10 persen.
Berbeda dengan wilayah Jawa, potensi hari tanpa hujan telah mencapai 70-80 persen.

“Artinya masih punya potensi kejadian hujan,” katanya.

Adapun daerah dengan potensi hari tanpa hujan periode 6-10 hari seperti Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Tamiang, Langsa, serta sebagian wilayah tengah Aceh.

“Sedangkan di wilayah selatan Aceh Utara, selatan Bireuen, selatan wilayah tengah, Aceh Singkil, itu masih periode sangat pendek hari tanpa hujan yaitu periode 1-5 hari,” ujarnya.

Baca juga: Jokowi minta Pemda perbanyak bantuan sembako antisipasi El Nino

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023