Kejadian putusnya jaringan komunikasi antara Pulau bangka dan Pulau Batam tersebut karena kabel bawah laut tidak ditata secara serius."
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia Maritime Institute (IMI) meminta pemerintah agar segera menata tata ruang bawah laut, sehingga dapat dicegah kabel telekomunikasi salah satu jaringan komunikasi terputus karena tersangkut jangkar kapal minyak antara Pulau Bangka dan Batam, belum lama ini.

"Kejadian putusnya jaringan komunikasi antara Pulau Bangka dan Pulau Batam tersebut karena kabel bawah laut tidak ditata secara serius," kata Direktur Eksekutif Y Paonganan kepada wartawan, di Jakarta, Rabu.

Paonganan yang akrab disapa Ongen menyebutkan, ketidak-rapian alur kabel dan pipa bawah laut Indonesia karena sampai saat ini belum ada regulasi yang ketat. "KKP sebagai salah satu institusi yang berperan untuk mengatasi ini terkesan abai dan hanya sibuk mengurusi ikan dan terumbu karang," katanya.

Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perhubungan khusunya Perhubungan Laut pun belum memikirkan hal ini dengan serius. "Pemasangan kabel dan pipa bawah laut harus ditata dan tentunya perlu tertuang dalam RUU Kelautan yang akan dibahas DPR," ujar Ongen.

Dia mengharapkan, agar Kementerian ESDM dan Kementerian Kominfo sebagai lembanga negara yang banyak berkaitan dengan penggunaan pipa dan kabel bawah laut agar mau memperhatikan persoalan tersebut.

Menurut Ongen, laut jangan hanya dianggap sebuah wadah air yang bisa digunakan seenaknya. Padahal Indonesia terdisi atas 2/3 lautan yang di dalamanya tersimpan banyak manfaat, sehingga jika dikelola dengan baik akan mampu menjadikan negara ini makmur.

"Jika pemasangan pipa atau kabel bawah laut salah penempatan akan berbahaya. Kalau salah dampak negatifnya sangat besar. Contohnya, apalagi jika pipa bawah laut bocor pengaruhnya akan terasa langsung pada kehidupan ikan dan ekosistem yang ada di sekitarnya," katanya.

Ongen mengharapkan, perubahan paradigma berpikir bangsa Indonesia segera diubah tentang laut yang selama ini hanya dianggap tempat pembuangan air atau sampah, padahal laut merupakan kekayaan yang luar biasa apabila dikelolanya secara optimal.(*)


Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013