Dalam merespons pandemi COVID-19, upaya yang paling sulit adalah melakukan vaksinasi secara merata, karena ada beberapa kelompok berisiko tinggi yang sulit dijangkau...

Jakarta (ANTARA) - Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) menekankan pentingnya akses vaksinasi inklusif untuk menghadapi pandemi pada masa depan.

“Dalam merespons pandemi COVID-19, upaya yang paling sulit adalah melakukan vaksinasi secara merata, karena ada beberapa kelompok berisiko tinggi yang sulit dijangkau, padahal kelompok berisiko tinggi harus selalu menjadi prioritas,” kata Direktur Program AIHSP John Leigh dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan sebagian kelompok masyarakat berisiko tinggi, termasuk kelompok lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas, mengalami kesulitan dalam mengakses vaksinasi COVID-19. Kesulitan tidak hanya datang dari akses, tetapi juga kesadaran dan penerimaan di tengah masyarakat yang masih rendah.

"Terdapat berbagai tantangan dalam upaya meyakinkan kelompok lansia dan disabilitas untuk menerima vaksinasi COVID-19 selama pandemi, kelompok ini cenderung takut mendapatkan vaksin karena khawatir terhadap efek sampingnya," ujar John Leigh.

Baca juga: Pemerintah Australia apresiasi kolaborasi di Indonesia atasi pandemi

Sementara Koordinator Nasional program respons COVID-19 AIHSP dr Yulianto Santoso Kurniawan menjelaskan tantangan selama pelaksanaan program vaksinasi bagi kelompok berisiko tinggi diantaranya informasi yang minim mengenai waktu pelaksanaan serta efek samping yang bisa dialami bagi kelompok disabilitas, juga masyarakat yang masih rentan terpapar dengan hoaks.

"Salah satu tantangan yang kita temukan adalah masyarakat tidak percaya dengan informasi yang beredar," ujar Yulianto.

Untuk itu AIHSP berkolaborasi dengan unsur Pentahelix yang melibatkan pemerintah, universitas, media, sektor bisnis, hingga organisasi masyarakat yang mampu melaksanakan vaksinasi inklusif melalui implementasi komunikasi risiko.

Baca juga: Pemerintah danai vaksinasi COVID-19 kelompok risiko tinggi mulai 2024

"Ke depan kita perlu menekankan pentingnya komunikasi risiko yang melibatkan semua pihak, yakni mengajak seseorang untuk mau divaksin dengan pendekatan yang berulang, menyampaikan informasi yang persuasif, didorong motivasinya, diantar ke tempat vaksin, ditemani dan diperhatikan hingga pasca-vaksinasi," jelas Yulianto.

Lebih lanjut ia memberikan beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan untuk kesuksesan vaksinasi inklusif yaitu penyampaian edukasi dengan pendekatan inter-personal melalui kerabat atau keluarga dekat, lalu menyediakan sentra vaksinasi yang ramah terhadap kelompok disabilitas dan lansia.

"Penting untuk membuat jalur khusus kelompok disabilitas maupun lansia, pendamping vaksinasi, fasilitas yang aksesibel, antrean khusus, juga tenaga kesehatan dan juru bicara yang memahami bahasa isyarat, serta mengembangkan materi komunikasi risiko yang ramah bagi kelompok disabilitas," tuturnya.

Baca juga: Menkes sebut vaksinasi COVID-19 gratis berakhir 31 Desember 2023

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023