Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis gizi klinik dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) dr Tirta Prawita Sari, Sp.G.K, M.Sc, mengingatkan pentingnya asupan nutrisi yang cukup dan beragam pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak.

Tirta menjelaskan 1000 hari pertama kehidupan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan anak yang paling sensitif, dimulai sejak dalam kandungan hingga usia 24 bulan.

"Apapun yang terjadi pada 1000 hari pertama akan membawa dampak yang sifatnya permanen," ujar Tirta dalam sebuah webinar pada Sabtu.

Karena masa krusial pada pertumbuhan anak dimulai sejak dalam kandungan, Tirta mengingatkan agar ibu hamil senantiasa menjaga asupan gizi dan berat badan sehingga tidak akan menurunkan risiko gangguan pertumbuhan pada anak seperti stunting.

Baca juga: Saran dokter gizi bila ingin konsumsi susu segar 

"Kalau mau melakukan upaya preventif terhadap stunting harus cukup adekuat pada faktor ibu," ujar dokter spesialis gizi klinis dari RS Pondok Indah Jakarta itu.

Ibu hamil perlu menerima asupan nutrisi memadai tidak hanya mengedepankan energi, tapi juga harus menghasilkan kandungan zat gizi yang mempengaruhi metabolisme tubuh.

"Pada waktu hamil berikan asupan nutrisi yang adekuat, bicara adekuat berarti kita bicara tentang jenis dan jumlah. Hindari gula, garam, dan penggunaan minyak berlebihan," ujar Tirta.

Seorang ibu yang tengah hamil memerlukan asupan energi kalori tambahan sebesar 180-330 kkal, protein sebanyak 61-65 gram, dan ekstra zat besi. Zat besi tambahan didapat dari meminum tablet tambah darah (TTD) secara rutin setidaknya selama trimester terakhir.

"Dalam satu piring, setengah yang kita makan bentuknya harus sayur dan buah kemudian setengahnya lagi adalah protein dan bahan makanan tinggi karbohidrat," kata Tirta.

Dokter sekaligus dosen Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta itu juga menekankan kepada ibu hamil untuk memastikan bahwa tidak sedang mengidap anemia dari sebelum hamil hingga setelah melahirkan.

Anemia terjadi ketika tubuh mengalami penurunan kadar zat besi dan berisiko menyebabkan kelahiran prematur, berat badan anak saat lahir yang rendah, dan risiko kematian tinggi ketika persalinan.

Anemia dapat disebabkan oleh kehamilan berulang, kehilangan banyak darah saat menstruasi, penyakit infeksi, dan asupan nutrisi tidak mencukupi. Oleh karena itu Tirta menganjurkan untuk memenuhi kebutuhan zat besi dengan mengonsumsi tablet tambah darah.

Sedangkan untuk masa pasca kelahiran, dianjurkan untuk memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama usia bayi. Asupan ASI untuk anak juga perlu didukung oleh makanan pendamping ASI (MPASI).

Tirta menyebutkan tujuh jenis pangan yang sebaiknya ada dalam MPASI setiap harinya yaitu beras dan umbi-umbian, kacang-kacangan, produk susu, telur, sayur dan buah, pangan hewan berdaging, serta buah dan sayur yang kaya vitamin A.

Dia menambahkan setidaknya empat dari tujuh jenis pangan tersebut harus ada dalam MPASI anak terutama pangan hewan berdaging untuk memenuhi kebutuhan zat besi dan sayur dan buah yang kaya dengan vitamin A.

Baca juga: Kenali penyebab stunting pada anak dan cara mencegahnya

Baca juga: Dokter gizi bolehkan pasien diabetes makan nasi merah atau putih

Baca juga: Ahli: Riwayat gizi buruk orang tua belum tentu picu anak stunting

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023