Kita menjajaki kemungkinan kolaborasi teknologi untuk meningkatkan kualitas dan keragaman produk olahan seafood
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menjajaki potensi kerja sama bidang pengolahan hasil perikanan dengan Jepang usai melakukan kunjungan ke perusahaan perikanan terbesar di Jepang yakni Marusen Suisan.

“Kita menjajaki kemungkinan kolaborasi teknologi untuk meningkatkan kualitas dan keragaman produk olahan seafood, seperti saus untuk campuran seafood dan asinan ikan,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Teten menjelaskan produksi perikanan tangkap di Indonesia khususnya perikanan laut tumbuh 2,23 persen dan perairan umum darat 2,71 persen pada 2020.

Selain itu, perdagangan bilateral untuk produk perikanan Indonesia diperkirakan memiliki nilai ekspor sebesar 6,24 miliar dolar AS dengan volume sebesar 1,22 juta ton pada 2022.

Jepang pun dinilainya merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor perikanan Indonesia dengan total ekspor sebesar 1.431,5 ton.

Baca juga: Teten : Lindungi UMKM dengan larang penjualan online lintas negara

Baca juga: MenKopUKM: Regulasi baru perdagangan digital lindungi UMKM


“Kemitraan ini dapat menghasilkan keuntungan bersama, memanfaatkan keahlian masing-masing untuk menciptakan produk yang inovatif dan ramah pasar,” sebutnya.

Lebih lanjut Teten mengatakan tujuan kunjungan kerjanya tersebut juga untuk memperluas jaringan informasi perdagangan bagi komoditas perikanan.

Menurutnya, berbagi wawasan pasar dan data perdagangan dapat meningkatkan pemahaman Indonesia tentang preferensi konsumen dan pola permintaan yang mengarah pada keputusan perdagangan yang lebih strategis dan potensi pertumbuhan di sektor perikanan.

Selain berkunjung ke Marusen Suisan, MenKopUKM juga mendatangi Nagasaka Unagi Farm yang merupakan salah satu peternakan sidat terbesar di Jepang. Sidat merupakan ikan seperti belut yang panjangnya berkisar 80-125 cm.

Menurutnya, Indonesia juga dapat mengambil peran dalam kerja sama dengan Jepang terkait komoditas sidat.

Utamanya di Pulau Jawa khususnya Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Cilacap merupakan sentra produksi belut dengan kapasitas produksi yang cukup besar.

Namun, meskipun permintaan sidat di pasar luar negeri masih terbuka lebar mencapai 300.000 ton per tahun, Indonesia belum dapat sepenuhnya memenuhi permintaan tersebut.

“Jepang sebagai salah satu negara tujuan ekspor utama di sektor perikanan dan pasar yang signifikan untuk produk perikanan, khususnya sidat, menjadi salah satu negara yang peluangnya sangat baik untuk kita ajak kerja sama terkait ini,” ungkapnya.

Baca juga: MenKopUKM yakin RI jadi pusat ikan hias tropik dunia

Baca juga: Teten minta perbankan tiru "fintech" permudah UMKM akses kredit


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023