Garuda saat ini terbukti sukses melakukan restrukturisasi bahkan sudah menjadi perusahaan publik. Jejak Garuda ini yang akan kami ikuti,"
Jakarta (ANTARA News) - Dirut PT Merpati Nusantara Airlines Rudy Setiopurnomo mengatakan akan meniru langkah PT Garuda Indonesia dalam melakukan restrukturisasi perusahaan.

"Garuda saat ini terbukti sukses melakukan restrukturisasi bahkan sudah menjadi perusahaan publik. Jejak Garuda ini yang akan kami ikuti," kata Rudy di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu.

Menurutnya, saat ini perusahaan sedang menghadapi berbagai persoalan seperti beban utang yang masih sangat tinggi mencapai sekitar Rp6 triliun.

"Itu utang warisan manajemen masa lalu, ini yg cukup memberatkan perusahaan," ujar Rudy.

Kewajiban Merpati kepada sejumlah perusahaan meliputi PT Pertamina, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, serta PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

Selain itu perseroan juga memiliki kewajiban dalam bentuk penerusan pinjaman (subsidiary loan agreement/SLA) kepada pemerintah, dan utang kepada swasta dan kepada para lessor (perusahaan penyewaan pesawat).

"Kami sudah mengusulkan penjadwalan (rescheduling) utang kepada debitur. Tinggal menunggu keputusan pemegang saham," ujar Rudy.

Selain itu tambahnya, Merpati juga sedang mempelajari kemungkinan menempuh cara "debt to equity swap" (mengkonversi utang menjadi saham) dari para kreditur.

"Tapi cara ini (debt to equity swap) masih sulit dilakukan karena pada praktiknya setelah Merpati melakukan penawaran saham perdana kepada publik (IPO). IPO Merpati belum memungkinkan, karena kondisi keuangan yang masih belum membaik," ujarnya.

Langkah-langkah tersebut pernah dilakukan Garuda, ketika di masa lalu merestrukturisasi utang kepada kreditur yang mencapai di atas Rp10 triliun.

"Utang Garuda ditangani oleh satu lembaga yaitu Export Credit Agency (ECA), dan reschedulingnya berhasil. Ini yang merupakan salah satu poin penting Garuda," ujar Rudy.

Ia juga mencontohkan, pengalihan utang menjadi saham oleh Garuda, juga membuahkan hasil.

"Garuda melakukan IPO. Saham konversi para kreditur dilunasi dan dana hasil IPO juga untuk menambah modal kerja. Ini yang kami tiru," ujarnya.

Meski begitu Rudy mengakui IPO sulit ditempuh, tapi dalam teori bisa juga dilakukan melalui program "backdoor listing" yaitu membeli saham perusahaan publik.

"Itu masih sebatas teori, tapi belum tentu akan kami realisasikan," ujarnya.


Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013