Harga minyak melemah pada awal perdagangan Rabu.
Tokyo (ANTARA) - Harga minyak melemah pada awal perdagangan Rabu, karena kekhawatiran atas lambatnya permintaan dari importir minyak mentah utama China meningkat setelah data perdagangan bearish, mengalahkan kekhawatiran atas pasokan global lebih ketat akibat pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 17 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 86,00 dolar Amerika Serikat (AS) per barel pada pukul 00.39 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menyusut 19 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan pada 82,73 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak naik hampir satu dolar AS pada sesi sebelumnya.

"Harga minyak berjuang untuk naik lebih lanjut karena kekhawatiran atas lambannya pemulihan ekonomi China dan permintaan bahan bakar," kata Chiyoki Chen, kepala analis di Sunward Trading.

"Juga, dengan kekhawatiran atas melambatnya permintaan di Amerika Serikat dan Eropa karena serangkaian kenaikan suku bunga, sisi positif pasar minyak tampaknya terbatas," katanya, memprediksi WTI akan diperdagangkan di kisaran 75 dolar AS hingga 85 dolar AS per barel bulan ini.

Kedua harga acuan mencatat kenaikan mingguan keenam berturut-turut pekan lalu, keuntungan beruntun terpanjang sejak Desember 2021 hingga Januari 2022, dibantu oleh pengurangan pasokan OPEC+ dan harapan stimulus yang mendorong pemulihan permintaan minyak di China.

Tetapi impor minyak mentah China pada Juli turun 18,8 persen dari bulan sebelumnya ke tingkat harian terendah sejak Januari, data bea cukai menunjukkan pada Selasa (8/8), karena eksportir utama mengurangi pengiriman ke luar negeri dan stok domestik terus bertambah.

Secara keseluruhan, impor China mengalami kontraksi sebesar 12,4 persen pada Juli, jauh lebih curam dari perkiraan penurunan sebesar 5,0 persen. Ekspor turun 14,5 persen, dibandingkan dengan penurunan 12,5 persen yang diperkirakan oleh para ekonom.

Sementara itu, laporan bulanan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Selasa (8/8) memproyeksikan produksi minyak mentah AS naik 850.000 barel per hari ke rekor 12,76 juta barel per hari pada tahun 2023, menyalip puncak terakhir sebesar 12,3 juta barel per hari pada tahun 2019.

Harga minyak mentah telah meningkat sejak Juni, terutama karena perpanjangan pemotongan produksi Arab Saudi serta meningkatnya permintaan global, kata EIA.

Eksportir utama dunia Arab Saudi pekan lalu memperpanjang pemotongan produksi sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir September, menambahkan bahwa pemotongan itu dapat diperpanjang atau diperdalam. Rusia juga mengatakan akan memangkas ekspor minyak sebesar 300.000 barel per hari pada September.

Stok minyak mentah AS naik minggu lalu, sementara stok bensin dan sulingan turun, menurut sumber pasar mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (8/8). Data Pemerintah AS tentang stok akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Baca juga: Minyak turun, data perdagangan China lesu imbangi kekhawatiran pasokan
Baca juga: Minyak naik ditopang prospek pertumbuhan ekonomi AS yang lebih tinggi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023