...ditandai tren menguatnya terus permintaan bahkan dengan volume di atas produksi...
Medan (ANTARA News)-Sejumlah negara asing masih sangat tergantung dengan hasil rempah-rempah Indonesia sehingga seharusnya pemerintah mendorong pengembangan tanaman komoditas itu.

"Ketergantungan luar negeri itu ditandai tren menguatnya terus permintaan bahkan dengan volume di atas produksi sehingga banyak eksportir seperti di Sumut tidak bisa memenuhinya," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Parlindungan Purba, di Medan, Senin.

Mengutip pernyataan eksportir, dia menyebutkan, untuk komoditas pala misalnya, Indonesia masih sangat diharapkan setelah Granada, Spanyol.

Begitu juga untuk pinang, kayu manis, kemiri, gambir, dan jahe.

Cengkih juga masih sangat diminati walau nyatanya di Sumut komoditas itu sudah hampir dikatakan tidak ada.

"Sebagai Ketua Apindo dan anggota DPD RI utusan Sumut, saya berharap pemerintah bisa membina petani agar pengembangan tanaman rempah-rempah itu bisa segera dilakukan," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut, Bidar Alamsyah, menyebutkan ekspor rempah-rempah Sumut masih berjalan walau diakui tren menurun akibat produksi yang turun dan nilai jual yang melemah.

Negara tujuan utama ekspor rempah-rempah Sumut adalah Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Thailand, India, Pakistan, Taiwan, China, Korea Selatan, dan Brazil.

Sementara itu eksportir komoditas Sumut, Suryo Pranoto, mengakui tingginya permintaan rempah-rempah asal Indonesia, namun hal itu sulit dipenuhi karena produksi di Sumut atau daerah lain di Indonesia sedang mengalami tren menurun.

Kayu manis misalnya, sebagain besar eksportir Sumut terpaksa memasok dari Sumatera Barat dan itupun produksinya menurun karena banyak petani beralih ke tanaman lain seperti sawit.

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013