Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 10 persen bayi yang baru dilahirkan memiliki risiko gangguan pernapasan (asfiksia). Umumnya, risiko tersebut lebih sering terjadi pada bayi yang dilahirkan secara prematur.
 
Gangguan pernapasan pada bayi merupakan salah satu penyumbang terbesar kasus kematian pada bayi yang baru dilahirkan sampai dengan usia 28 hari (neonatus).
 
Data Bank Dunia pada 2020 memaparkan bahwa angka kematian neonatal (AKN) dunia mencapai 17 dari 1.000 bayi yang lahir hidup. Di Indonesia sendiri, data yang sama menyebutkan AKN berada pada angka 11,7 dari 1.000 bayi yang lahir hidup.
 
Angka tersebut memang berada di bawah AKN dunia, namun angka tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat lima di seluruh Asia Tenggara, yang berarti  memerlukan perhatian kita bersama.
 
Pemerintah, melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, menargetkan pada tahun 2024, AKN turun hingga 10 per 1.000 kelahiran hidup, serta angka kematian bayi (AKB) turun hingga 16 per 1.000 kelahiran hidup.
 
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan solusi konkrit dalam mewujudkannya. Maka dari itu, Mix Safe Transport Infant Blending Resuscitator, sebagai alat bantu pernapasan pada bayi karya anak bangsa hadir sebagai salah satu solusinya.
 
Alat ini diciptakan untuk mengisi kekosongan teknologi alat kesehatan di bidangnya, dimana alat bantu pernapasan bayi pada umumnya memerlukan gas medis khusus yang tidak tersedia dalam jumlah banyak di Indonesia. Padahal, bayi yang memiliki gangguan pernapasan harus ditolong dalam jangka waktu 60 detik (golden minute) agar penanganannya dapat dilakukan dengan cara maksimal.
 
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo yang juga pencipta alat ini mengemukakan bayi yang mengalami gangguan pernapasan memerlukan oksigen dan gas medis dalam persentase tertentu.
 
Rina menuturkan jika bayi yang memiliki gangguan pernapasan hanya ditolong dengan menggunakan gas oksigen saja, nyawanya mungkin terselamatkan, namun mungkin tidak dengan pengelihatannya, karena organ bayi sangat sensitif.
 
Oleh karena itu, alat ciptaannya ini memiliki baterai yang dapat menghidupkan kompresor, yang mampu menghasilkan gas medis, serta dapat diatur kadarnya dengan memutar kenop yang tersedia.
 
Selain itu, baterai pada alat ini mampu bertahan hingga lima sampai enam jam. Dengan itu, bayi dengan gangguan pernapasan yang memerlukan penanganan di layanan kesehatan yang lebih lengkap, dapat dipindahkan dengan tidak melepas alatnya.
 
Kemudian, bentuknya yang praktis dan dapat digendong dengan diselempangkan ke bahu membuatnya dapat dibawa ke berbagai tempat, cocok untuk dibawa ke berbagai daerah, termasuk daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Guru Besar FKUI sekaligus peneliti produk Mixsafe Transport Infant Blending Resuscitator Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo menjelaskan produknya di Jakarta, Senin (14/8/2023). (ANTARA/Sean Filo Muhamad)
Alat ini telah melalui uji coba pada 2015 hingga 2017, serta telah mendapatkan sertifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan Organisasi Standardisasi Internasional (ISO) 13485 untuk perangkat medis.
 
Selain itu, alat ini juga sempat dipamerkan di pameran alat kesehatan yang diadakan di Dubai, Uni Emirat Arab, beberapa waktu yang lalu.
 
Saat ini, Mix Safe Transport Infant Blending Resuscitator telah digunakan di berbagai fasilitas layanan kesehatan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
 
Data terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan adanya penurunan AKN semenjak alat ini disebarluaskan, dari 11,7 dari 1.000 bayi yang lahir hidup menjadi 9,3 dari 1.000 bayi yang lahir hidup.
 
Berkatnya, alat ini mengantarkan Rina dalam memperoleh penghargaan Anugerah Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) pada 2021.
 
Inovasi yang dihasilkannya juga memperoleh apresiasi dari Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono karena turut menjalankan pilar ketiga transformasi kesehatan, yaitu ketahanan kesehatan.
 
Pilar ketiga tersebut sejalan dengan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2016 untuk mempercepat pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan, serta Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2022 untuk mempercepat penggunaan produk dalam negeri.
 
Mix Safe Transport Infant Blending Resuscitator merupakan jenis alat bantu kesehatan ventilasi tekanan positif (VTP)/continuous positive airway pressure (CPAP), yang pada waktu itu merupakan alat yang didatangkan melalui skema impor.
 
Pada 2019 hingga 2020, Kemenkes mencatat 90 persen bahan baku obat dan 88 persen transaksi alat kesehatan didominasi oleh produk impor.
 
Adanya alat ini membantu mengurangi ketergantungan negara dalam ekspor alat kesehatan, ditandai dengan data Kemenkes yang menunjukkan adanya penurunan persentase transaksi impor alat kesehatan dari 88 persen menjadi 70 persen pada tahun 2021-2022.
 
Selain itu, adanya kolaborasi antara universitas dengan industri swasta dalam penciptaan alat ini berperan penting dalam meningkatkan inovasi teknologi nasional.
 
Keberadaan Mix Safe Transport Infant Blending Resuscitator membantu Indonesia menempati urutan ke-74 pada 2022, naik 12 peringkat dari sebelumnya menempati urutan ke-86 pada 2021 dalam Indeks Inovasi Global.

Alat ini diminati oleh sejumlah negara di dunia, dan sedang dalam proses administrasi agar dapat dipasarkan di pasar Global.

Dengan adanya Mix Safe Transport Infant Blending Resuscitator ciptaan Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo ini bangsa Indonesia optimistis dapat membangkitkan inovasi peneliti yang lain dalam menciptakan penemuan baru, serta dapat membangkitkan industri produk karya anak bangsa.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023