Jakarta (ANTARA) -
Ini adalah kisah tentang seseorang yang berhasil keluar dari masalah, ketika dirinya tidak bosan menambah ilmu untuk meningkatkan keterampilan. Tambahan ilmu dan keterampilan dalam berusaha itu didapatkan dari Program Kartu Prakerja.

Arif Rahman (39) tidak menyangka usaha kuliner yang dia bangun akhirnya terpuruk akibat pandemi COVID-19. Kala itu, pembeli menurun drastis, sehingga membuat usaha yang dijalankannya mandek.

Pandemi COVID-19 menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan, sehingga membuat orang cenderung menahan pengeluarannya, yang akhirnya berdampak pada usahanya.

Usaha yang dirintis tak dapat lagi berjalan, bahkan modal untuk berdagang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, membuat Arif terus mencari cara untuk mendapatkan penghasilan lain.

Di tengah kegalauan itu, melalui informasi yang didapat dari temannya, ia akhirnya mencoba mendaftar sebagai peserta program Kartu Prakerja pada gelombang keempat. Melalui program itu, ia berharap dapat meningkatkan keterampilannya agar bisa kembali beraktivitas dan mendapatkan penghasilan.

Arif mengambil pelatihan di bidang kuliner, memasak. Pelatihan itu dianggap penting untuk meningkatkan keterampilan memasaknya.

Menurutnya, tidak ada satu pun yang mampu bertahan menghadapi ketidakpastian, tanpa meng-"upgrade" kembali pengetahuan yang dimiliki.

Dinamika perkembangan dunia mengharuskan semua orang untuk terus beradaptasi. Keterampilan menjadi salah satu modal penting untuk mampu bertahan di tengah perkembangan yang dinamis.

Apalagi, di era globalisasi seperti saat ini telah mendorong pasar kerja menjadi sangat kompetitif. Mau tidak mau, satu-satunya jalan terbaik adalah terus belajar.

Arif menjadi salah satu orang dari 17 juta masyarakat Indonesia yang telah merasakan manfaat dari Kartu Prakerja. Penerima Program Kartu Prakerja asal Daerah Istimewa Yogyakarta itu kini telah bekerja di salah satu restoran di wilayah Yogyakarta seraya terus menabung untuk suatu saat kembali bisa membuka usaha di bidang kuliner.

Sebelum mendapatkan sertifikat dari pelatihan Kartu Prakerja, Arif yang sudah memiliki kemampuan memasak secara turun temurun tersebut merasakan kesulitan mendapatkan pekerjaan, karena tidak pernah mengenyam pendidikan tata boga secara formal.

"Ijazah saya tingkat SMA. Saya belum pernah sekolah masak, jadi kalah saing dengan pelamar kerja lainnya yang telah mempunyai sertifikat atau pendidikan yang lebih tinggi," ujar Arif ditemui ANTARA, dalam sosialiasi skema normal program Kartu Prakerja di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Ketika mengikuti pelatihan dalam Prakerja, Arif mendapatkan kesempatan pelatihan memasak dari selebriti Chef Juna dan mendapatkan sertifikat pelatihan.

Selain mengambil pelatihan memasak, ia juga mengambil pelatihan bahasa China. Menurutnya, bahasa China menjadi salah satu bahasa yang perlu dikuasai, setelah bahasa Inggris, untuk bersaing di pasar kerja.

Bahasa asing, bagi dia, mampu menjadi pengantar meraih informasi, ide, dan pengetahuan baru. Dengan begitu, semakin banyak pula informasi yang bisa kita dapat dengan bahasa tersebut.

Apalagi, banyak perusahaan yang menjadikan bahasa asing sebagai salah satu tolok ukur seseorang untuk bisa masuk dan bersaing, hingga diterima dengan baik di dalam dunia kerja.


Sertifikat keahlian

Agar memiliki daya saing, angkatan kerja perlu membangun portofolio dengan kelengkapan sertifikat pelatihan informal yang sesuai dengan bidang terkait untuk melamar pekerjaan.

Hal itu dikarenakan, ijazah pendidikan formal bukanlah jaminan bagi seseorang untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, meski dapat memperbesar peluang seseorang untuk bekerja.

Di samping ijazah formal, penting pula bagi angkatan kerja untuk melengkapi profilnya dengan sertifikat pelatihan atau kursus. Ini bermanfaat guna menunjukkan kepada perusahaan bahwa pelamar memiliki keterampilan sesuai dengan bidang yang dituju serta memiliki nilai tambah.

Oleh sebab itu, pemerintah telah membuka peluang bagi angkatan kerja untuk dapat mengakses berbagai jenis pelatihan keterampilan melalui platform Kartu Prakerja. Dengan begitu, diharapkan angkatan kerja bisa terus meningkatkan keterampilan (upskilling) dan mendapatkan keterampilan baru (reskilling).

Arif pun mengaku, sebelum mengikuti pelatihan dan mendapatkan sertifikat banyak perusahaan yang menolaknya untuk bekerja. Kini, setelah memiliki sertifikat dari Prakerja, sejumlah tawaran banyak yang menghampirinya.

Tawaran-tawaran pekerjaan banyak diterima Arif, hingga akhirnya dia bekerja di restoran berkonsep fine dining sebagai "junior cook".

Bagi dia, pendidikan tidak boleh berhenti pada dunia sekolah saja, tapi terus berjalan sepanjang hayat.

Dengan bekal pendidikan dan pelatihan, ia optimistis dapat terus bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif.

Di tempatnya bekerja, ia sudah dipercaya untuk memasak salah satu menu makanan, baik dari Indonesia maupun makanan ala Barat.

Ke depan, ia pun berencana untuk membuka usaha "wedding organizer" dengan menggandeng sesama alumni program Kartu Prakerja lintas bidang, seperti fotografi, manajemen, komunikasi, hingga konten kreator.

Pria yang juga memiliki keahlian teknik komputer itu, kini juga sering membuat konten, terutama terkait dengan "game online" yang kini sedang digandrungi para milenial. Meski belum menghasilkan, ia meyakini tetap akan ada manfaatnya, kelak.

Ke depan, ia akan memperluas jangkauannya di media sosial. Namun, sebelum hal itu dapat dilakukannya, dia ingin meningkatkan "personal branding" sebagai "influencer" yang fokus terhadap topik tertentu.

Telah merasakan manfaat Kartu Prakerja, ia juga mendorong teman dan keluarganya untuk mengikuti program peningkatan kompetensi tersebut.

Dari Kartu Prakerja akan banyak mendapatkan ilmu, relasi, dan juga pengalaman baru yang akan didapat.

Dia berharap Kartu Prakerja akan terus dilanjutkan untuk membantu individu yang mengalami hal seperti dirinya, bingung mencari pekerjaan dan membutuhkan kemampuan baru untuk bersaing di pasar kerja.

Arif berpendapat bahwa sebagai seorang individu harus memiliki semangat belajar sepanjang hayat, karena itu merupakan hal alamiah dalam kehidupan manusia. Menjadi pembelajar seumur hidup penting agar kualitas hidup semakin baik dan menjadi motor penggerak.

Tentunya semua sepakat bahwa belajar tidaklah mengenal waktu, batas usia, dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.


 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023