Abuja (ANTARA News) - Tentara-tentara Nigeria telah menewaskan enam tersangka pemberontak dalam penyergapan penggerebekan yang dilakukan ke sebuah rumah di kota utama di utara, Kano, pada Jumat.

Pada saat yang sama, militer Nigeria  kehilangan satu personelnya dalam kontak senjata, kata pihak militer.

Kelompok radikal Boko Haram serta kelompok-kelompok lainnya telah menjadi ancaman utama terhadap stabilitas di Nigeria, negara Afrika penghasil utama minyak serta makin mengancam negara-negara tetangganya seperti Kamerun.

Boko Haram telah menewaskan ratusan orang dalam serangan senjata dan bom, termasuk 25 warga di Kano bulan lalu, sejak kelompok tersebut meningkatkan aksi pemberontakan mereka dua tahun lalu.

Pemberontakan dilancarkan dengan tujuan untuk membentuk negara Islami di luar Nigeria --yang penduduknya memiliki agama beragam.

"Dalam operasi pagi ini, seorang tentara dan enam teroris terbunuh," kata juru bicara gugus tugas militer Ikedichi Iweha kepada para wartawan.

Militer Nigeria sebenarnya jarang memberikan pengakuan menyangkut korban di pihak mereka ataupun warga sipil yang tewas dalam aksi baku tembak.

Iweha mengatakan telah mengamankan persenjataan, termasuk bahan-bahan peledak, sebelum menghancurkan rumah yang ditinggali para pemberontak itu.

Pemerintah negara-negara Barat mengkhawatirkan bahwa hubungan dengan kelompok-kelompok seperti sayap Afrika Utara Al-Qaida akan menarik Islamis Nigeria menuju agenda anti-Barat yang lebih tegas.

Kelompok Nigeria yang memiliki kaitan dengan Al-Qaeda, Ansaru, bulan lalu mengatakan pihaknya telah membunuh tujuh sandera warga asing yang mereka culik pada 7 Februari lalu di negara bagian utara Bauchi sebagai akibat adanya aksi-aksi percobaan untuk membebaskan mereka.

Sebuah keluarga Prancis telah diculik dari Kamerun bulan Februari dan diyakini bahwa mereka ditahan oleh Boko Haram di Nigeria.

Para pemimpin tradisional utara telah meminta Presiden Nigeria Goodluck Jonathan untuk menyatakan pemberian ampunan bagi para pejuang Boko Haram yang bersedia meletakkan senjata, seperti yang terjadi pada masa lalu hingga berhasil menghentikan aksi-aksi militan selama bertahun-tahun di wilayah selatan penghasil minyak, Niger Delta.

Sumber di kalangan kepresidenan mengatakan Jonathan sedang mempertimbangkan langkah seperti itu, namun ia mengatakan pada masa lalu bahwa para anggota kelompok-kelompok Islamis harus mengungkapkan jati diri mereka --sesuatu yang belum pernah mereka mau lakukan.

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013