Caracas (ANTARA News) - Penjabat Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mengatakan pemerintahnya akan memberikan "bukti baru" campur tangan Amerika Serikat (AS) di negaranya.

"Selalu ada kesulitan dengan AS karena mereka selalu merencanakan," katanya setelah memberikan suara dalam pemilihan presiden, melawan pemimpin oposisi Henrique Capriles.

"Besok (Senin) kami akan menyajikan bukti langsung baru intervensi dalam situasi domestik Venezuela oleh pejabat kedutaan besar Amerika Serikat," kata mantan menteri luar negeri dan wakil presiden itu.

Maduro, yang dipilih langsung oleh Hugo Chavez untuk memimpin bangsanya, mengusir dua atase militer AS pada hari kematian pemimpin sayap kiri itu bulan lalu.

Ia menuduh mantan pejabat AS membuat rencana untuk membunuhnya selama kampanye.

Sesaat sebelum ia mengumumkan kematian Chavez pada 5 Maret, Maduro menuduh dua atase militer AS mencoba merekrut perwira militer Venezuela guna mengacaukan negara anggota OPEC itu.

"Apa yang akan terjadi jika ... seorang atase militer di Kedutaan Besar Venezuela di Washington mulai mencari tentara di Pentagon untuk menolak kekuasaan (Presiden Barack) Obama atau mengangkat senjata terhadap Obama?" katanya.

Kedua negara itu tidak menempatkan duta besar di Ibu Kota masing-masing sejak tahun 2010.

Maduro mengatakan Venezuela "selalu bersedia" memiliki hubungan yang lebih baik tetapi itu akan tergantung "pada sikap mereka dalam menghormati negara kita."

AS juga mengusir dua diplomat Venezuela dalam sebuah langkah cepat bulan lalu dan sembilan hari kemudian, Caracas menangguhkan sebuah "saluran komunikasi informal" dengan Washington.

Kedua negara memiliki hubungan dingin sejak Chavez berkuasa tahun 1999, namun Venezuela masih mengekspor 900 ribu barel minyak per hari ke tetangganya di utara itu.


Penerjemah : GNC Aryani

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013