Kami juga sudah melakukan inventarisir jaringan irigasi sekaligus koordinasikan langsung ke perangkat daerah terkait untuk segera ditindaklanjuti
Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menyebutkan luas lahan pertanian terdampak fenomena El Nino meluas hingga menjadi 13 kecamatan dengan imbas mayoritas di wilayah utara daerah itu.

"Saat ini kurang lebih 13 kecamatan terdampak kekeringan. Kami sudah inventarisir lahan-lahan yang mengalami kekeringan khususnya di wilayah utara seperti Karangbahagia, Cabangbungin, Sukawangi, Sukatani, dan Sukakarya," kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi Nayu Kulsum di Cikarang, Selasa.

Dia mengatakan para petani di wilayah-wilayah itu mengeluhkan ketersediaan air untuk mengairi lahan persawahan mereka. Kondisi itu diperparah dengan kerusakan sejumlah jaringan irigasi sekunder.

"Kami juga sudah melakukan inventarisir jaringan irigasi sekaligus koordinasikan langsung ke perangkat daerah terkait untuk segera ditindaklanjuti," katanya.

Ia menjelaskan kondisi geografis wilayah utara rentan terhadap bencana kekeringan mengingat wilayah tersebut minim sumber air. Kemudian letaknya yang berdekatan dengan laut sehingga kualitas air tanah berbeda dengan wilayah tengah maupun selatan.

Pihaknya sebenarnya telah menyiapkan sejumlah langkah bantuan bagi para petani terdampak kekeringan. Bantuan tersebut berupa benih hingga pompa air. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menyalurkan bantuan air.

"Untuk mengurangi risiko petani gagal itu kami dengan bantuan benih. Insya Allah kami juga sudah menyediakan pompa, tinggal sumber airnya, kami bersinergi dengan Perum Jasa Tirta sebagai pihak penyedia air," ucap dia.

Nayu mengaku optimistis produksi padi di Kabupaten Bekasi tidak terganggu meski mengalami kekeringan karena mayoritas areal persawahan masih sanggup produksi hingga enam ton padi per hektare.

"Produksi kita masih di IP (Intensitas Pertanaman) 200, artinya setiap tahun dua kali itu masih eksis, biasanya petani mengefisiensikan ketika ada air mereka segera menanam," katanya.

"Dan produksi rata-rata masih di enam ton, kalau kondisi seperti ini ada yang berkurang. Tapi secara umum ini rata-rata masih di angka enam ton dalam satu hektare," imbuh dia.

Dampak El Nino di Kabupaten Bekasi meluas. Ratusan hektare sawah di wilayah kawasan utara mengering akibat fenomena alam ini. Di Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, setidaknya 100 hektare sawah mengering akibat minim kandungan air tanah.

"Ada beberapa bulan tapi paling parah sebulan ini. Tidak ada air, sawah juga pada kering. Khawatir susah panen kalau sudah begini. Apalagi lumayan luas yang kering, hitungan kami sekitar 100 hektare," kata petani setempat Jeri (40).

Selain fenomena alam El Nino, kekeringan juga dipicu kerusakan saluran air sekunder di Kali Cikarang dan Srengseng Hilir. Pintu air di sungai tersebut rusak sehingga air semakin sulit mengalir ke persawahan.

"Penyebabnya memang di sini itu sumber airnya dari Kali Cikarang sama Srengseng hilir itu rusak pintu airnya. Pendangkalan dan banyak tumpukan sampah di Kali Cikarang hilir juga," katanya.

Dia mengaku akibat kekeringan ini, petani merugi hingga jutaan rupiah terlebih tidak sedikit areal persawahan siap panen yang mengering. "Untuk kerugian per hektare rata-rata lima sampai tujuh juta rupiah, karena petani ini sudah ada yang semai, ada yang sudah memupuk juga," kata dia.

Baca juga: Bapanas mengajak semua pihak antisipasi dampak El Nino

Baca juga: Mentan perkuat ketersediaan pangan hadapi El Nino

Baca juga: Mentan tekankan pentingnya pemetaan wilayah hadapi El Nino

 

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023