Jakarta (ANTARA) - Perusahaan keamanan siber Kaspersky mengingatkan orang tua untuk mewaspadai potensi bahaya yang mengintai anak di dunia maya.

"Orang tua Indonesia, seperti layaknya di belahan dunia lainnya, sekarang membesarkan anak-anak yang sangat terhubung dan perhatian terbesar mereka saat ini termasuk upaya untuk menghindari sang anak menjadi sasaran penjahat siber. Tidak ada yang bisa menyalahkan mereka karena saat ini, anak-anak berisiko dibujuk oleh orang asing, diintimidasi secara online, dan bahkan informasi pribadi mereka dicuri di sekolah," kata General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara Yeo Siang Tiong, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

Kaspersky menenukan setidaknya ada tiga ancaman yang mengintai anak di dunia, yaitu orang asing (predator seksual, penipu dan sextortion alias pemerasan yang melibatkan aktivitas seksual), teman (perundungan siber, sextortion, dan contoh buruk), dan diri sendiri (berbagi berlebihan, intimidasi, mengunduh/membagikan konten ilegal).

Penelitian Center for Digital Society pada 2021 terhadap pelajar usia 13-18 tahun menunjukkan bahwa 1.895 siswa (45,35 persen) mengaku menjadi korban perundungan siber, sementara 1.182 (38,41 persen) adalah pelaku perundungan.

Sementara laporan Kaspersky pada February 2023 menunjukkan Generasi Z usia 11-26 tahun adalah kelompok yang oversharing (terlalu banyak berbagi) di dunia maya, memiliki pengetahuan tentang keamanan online, namun, masih rentan terhadap penipuan. Sekitar 55 persen responden yang disurvei mengaku memasukkan informasi pribadi ke media sosial, misalnya nama, tanggal lahir dan lokasi.

Sebanyak 72 persen Gen Z yang disurvei Kaspersky tidak bisa membedakan penipuan phishing dan 26 persen menjadi korban phishing.

Perusahaan keamanan siber tersebut memberikan enam tips bagi orang tua untuk melindungi anak di dunia maya.

1. Rutin berkomunikasi dengan anak
Pakar psikologi menyarankan orang tua untuk menghabiskan 10 menit setiap hari sebelum tidur untuk berdiskusi dengan anak, termasuk soal aktivitas online mereka. Minta anak untuk menceritakan hal positif dan negatif yang mereka temui di internet hari itu.

Berdiskusi dengan anak soal internet bisa menjadi jalan untuk membiasakan bahasan tentang perlindungan diri di internet dan bahkan kecerdasan menggunakan dunia maya.

Baca juga: Telkomsel ajak anak muda buat ruang digital sehat lewat Internet BAIK

2. Edukasi diri sendiri dan anak
Orang tua akan merasa diri membahas dunia maya dengan anak jika memahaminya. Luangkan waktu untuk membaca tentang tren, game dan media sosial untuk memahami bagaimana pengaruh teknologi terhadap aktivitas online anak.

Jika perlu, minta anak untuk mengajari menggunakan platform digital. Dengan memercayai mereka sebagai guru, maka rasa percaya anak terhadap orang tua semakin terbangun.

Beri pemahaman pada anak soal hal-hal yang dilihat orang ruang tua sebagai ancaman siber.

3. Bangun suasana terbuka dan nyaman
Situasi yang ideal adalah ketika orang tua sadar ada sesuatu yang membuat anak tidak nyaman, terancam atau tidak bahagia. Dorong anak supaya berbicara dengan orang dewasa yang mereka percaya (sebaiknya orang tua) jika mereka pernah menerima pesan ancaman atau yang tidak pantas.

4. Tetapkan batasan
Buat aturan dasar yang jelas dan sesuai usia tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dunia maya, sambil beri penjelasan mengapa aturan itu perlu diterapkan dan konsekuensi jika melakukan hal-hal yang dilarang.

Misalnya, soal membagikan foto, beri pemahaman pada anak bahwa foto yang diunggah akan selamanya berada di internet dan mungkin bisa berdampak ketika mereka dewasa.

5. Gunakan teknologi yang tersedia
Orang tua tidak bisa memantau dan mengarahkan anak mereka selama 24 jam sehari dan tujuh hari penuh terkait aktivitas online. Oleh karena itu, manfaatkan perangkat lunak kontrol orang tua untuk menentukan batasan, misalnya berapa lama anak bisa berinternet, situs dan konten apa yang tidak bisa diakses.

6. Minta bantuan
Pola asuh tentang internet sebuah keluarga belum tentu sama dengan keluarga lainnya. Kaspersky menyarankan untuk memilih cara yang tepat untuk masing-masing keluarga.

Jika situasi berada di luar kendala, jangan ragu untuk meminta bantuan untuk melindungi anak dan keluarga, misalnya kepada penegak hukum.

Baca juga: Orang tua perlu perhatikan kalimat saat dampingi anak korban kekerasan

Baca juga: Anak rentan alami adiksi perilaku bila gunakan internet berlebihan

Baca juga: Pakar ingatkan orang tua dampingi anak saat akses internet dan sosmed

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023