Di antara bank menengah hingga besar di Asia-Pasifik, 65 persen memilih untuk mengembangkan platform engagement banking sendiri untuk transformasi digital
Jakarta (ANTARA) - Regional Vice President Asia Backbase Riddhi Dutta mengungkapkan bahwa perbankan di kawasan Asia-Pasifik telah menggelontorkan dana sebesar 10 juta dolar AS, atau setara Rp153 miliar per tahunnya guna melakukan digitalisasi sistem perbankan.

“Di antara bank menengah hingga besar di Asia-Pasifik, 65 persen memilih untuk mengembangkan platform engagement banking sendiri untuk transformasi digital. Namun, 70 persen dari upaya strategi membangun platform perbankan digital di Asia-Pasifik masih mengalami kegagalan karena upaya internal yang mahal dan memakan waktu lama,” kata Riddhi dalam diskusi Backbase yang digelar secara virtual di Jakarta, Selasa.

Backbase merupakan perusahaan teknologi keuangan perbankan yang menyediakan layanan digitalisasi untuk berbagai lembaga keuangan, termasuk bank.

Baca juga: Studi: 68 persen CIO perbankan RI belum terapkan strategi ‘build’

Melalui hasil penelitian Backbase yang bertajuk ‘Customer-Centric Transformation by Balancing Build and Buy-A Collaborative Approach Towards Sustainable Digital Banking Architecture’, diketahui bahwa investasi besar-besaran dari perbankan masih belum membuahkan hasil yang maksimal, yang mana 80 persen belum meraih imbal hasil atau return-on-equity (ROE).

Sedangkan 70 persen dari proyek tersebut gagal karena upaya internal yang mahal dan memakan waktu lama.

Lebih lanjut, Riddhi menjelaskan bahwa 80 persen dari platform engagement digital dibangun secara internal dengan anggaran lebih

Adapun Bank Indonesia (BI) telah menyatakan penggunaan sistem perbankan digital diperkirakan meningkat dari Rp 40 ribu triliun pada 2021 menjadi Rp48 ribu triliun pada 2022 untuk mengimbangi tingginya nasabah digital di Indonesia.

Baca juga: Dorong Pertumbuhan Ekspor, Bea Cukai Jalin Sinergi dengan Pihak Perbankan

“Membangun platform engagement banking yang berpusat pada kebutuhan nasabah adalah parameter penting dalam memodernisasi alur layanan perbankan bagi nasabah dan pemilik bisnis serupa, serta membangun ekosistem keuangan yang inklusif dan saling terhubung,” ujarnya.

Oleh karena itu, Riddhi menyarankan para pihak perbankan untuk mulai mempelajari pendekatan 'Adopt and Build' yang dianggap sebagai solusi pragmatis bagi bank untuk mempercepat upaya go-to-market mereka.

Strategi tersebut dilakukan dengan melakukan diferensiasi di area yang penting, alih-alih membangun kembali dari awal. Dengan mengadopsi platform kolaboratif dan mengembangkannya, perbankan dapat mencapai time-to-market 40 persen lebih cepat, yang mana platform perbankan digital engagement dapat diluncurkan dalam kurun waktu 11 bulan, dibandingkan pendekatan tradisional 'build' yang membutuhkan waktu 20 bulan.

Selain itu, ‘Adopt and Build’ terbukti 2,3 kali lebih hemat biaya dibandingkan dengan opsi 'build'.

Baca juga: Analis: Perbankan digital perlu tingkatkan keamanan cloud service

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023